Daren adalah serdadu muda, asli
pelosok desa sekitar Trenggalek. Waktu remaja anak ini buandel, sudah
kenal soal genital segala yg pada gilirannya kenal yang genit-genit
juga. Beruntung ia praktek genital itu lokasi pelampiasan resmi shg
tak sampai menyebabkan burungnya pilek. ia ditempatkan di Papua dan
kebetulan dapat penugasan mendadak di pinggiran Jakarta. Biasa siaga
keamaanan bersama. Di papua ia bingung milih lokasi pelampiasan,
soalnya bisa dimana aja dan yah macam-2 alasannya shg ia khawatir
keselamatan burung kesayangannya.
Sebelum mendarat di Halim, ia
kasak-kusuk dgn sejawatnya, cari tahu dimana buang syahwat yg aman.
Sejawatnya bilang, lokasi resmi jauh dari Halim. “Bakal ga keburu
kau. Kita dikasih rehat 3 jam, lalu harus siaga lagi. Jarak tempuh ga
keuber.” Sejawat llainnya yg kebetulan dengar nyeletuk. Mau enggak
lokasi swasta, jarak tempuh paling satu setengah jam. Sejawat itu
lalu membisikinya, kasih tahu tempat di pinggir Bekasi yang
kondisinya mirip dengan Taman Lawang .
Daren langsung melesat by taxi ke
taman pinggiran Bekasi. Semula grogi juga melihat dua tiga sejoli
pacaran di taman. Mereka nongkrong saja di rumput dekat gumbulan
tanaman hias. Penerangan bulan jelas tak memudahkan siapapun yang
lewat melihat mereka bercumbu dan saling meremas. Satu dua cewek
lewat dan bergenit menggoda Daren . Tapi ia cuekin. Daren merasa
wajar saja banyak cewek menggoda dirinya karena ia memang memang
ganteng kok. Di kampung banyak cewek yg ia cuekin meski mereka sudah
tak kurang-kurang akal menggodanya sampai kemudian akhirnya ia
memilih pergi manjauh dari kampungnya. Iming2 godaan mereka sudah
menngerikan di benak Daren. Masa ia diming-imingi main akrobat
segala. Sama sekali tak terpiikir oleh Daren bahwa mereka bersikap
begitu kan mengikuti pola pikir ato bahka pola perilakunya. Tetapi
sesungguhnya Darena pergi atas bujukan --- mungkin tepatnya desakan –
kerabatnya. Kecuali ia mau mengawini dua cewek yg hamil akibat
praktek genital tadi.
Entah mungkin lantaran diuber
dateline, Daren harus memilih. Maka terpilihkan cewek sensual yg
tipenya agak macho. Cewe lain make-upnya norak, mana bau parfum
menyengat. Kalo yg ini aga soft dan lagi pula buka ia bukan tipe
gampangan. Buktinya bukan dia yg nggoda tapi dirinya yg ajak
kenalan. Daren siapkan file rayuan gombal mutakhir agar si cewe tipe
macho tadi cepat mau. Eh, dasar udah bejo, batin Daren. Dia mau
diajak begituan.
Daren menanyakan mau main dimana .
Mau losmen? Tanya si cewe. Jauh, Daren ganti tanya. Enggaklah, paling
seperempat jam, itu kalo segera ada taksi. Daren berpikir keras dan
si cewe paham kesulitan yg dihadapi serdadu yg memang mengaku baru
datang dari lapangan. Si cw segera menarik lengan Daren menuju ke
tempat yg benar-benar aman di taman itu. Memang agak masuk ke tengah
taman sehingga ga bakal bisa dilihat orang – kecuali berada di
dekat situ juga. Darena dah kayak kebo dicocok hidungnya.
Dengan cekatan penuh emosi, sang
cewe melakukan warming up. Pemanasan. Fore play. Setelah dirasa Daren
sudah naik dan gelagatnya minta tahap penuntasan, sang cewe tiba-tiba
bilang. “Lewat belakang ya say ?” Daren bengong saja, ga dong
maunya si cewe. Sementara nafasnya sudah megap-megap dan jantung
berdegub keras. Si cewe ambil posisi berdiri membelakangi Daren.
Cowok culun pol ini nurut saja diarahkan sang cewe, kemana dan dimana
burungnya bakal nangkring. Daren bener-benar “gelap mata” ,
maksudnya memang tidak melihat apa-apa. Wong memang gelap. Mendung
mensensor rembulan.
Manakala memasuki tahap penetrasi
yang segera diikuti gerakan maju mudur kayak gerak piston pada mesin
bakarn yang menggerakan roda, Daren sudah merasakan sukmanya
melanglang di jagad kahyangan taman sri wedari yang penuh dengan
bidadari cantik molek. Mereka seolah-olah beramai-ramai mengerumuni
dirinya serta meraba-raba seluruh celah-celah pusat sensitif di
selujur tubuhnya.
Daren ini tipe pecinta yang selalu
toleran, tak mau egois, tak mau enak sendiri. Berkat bacaan
pendidikan sex yang pernah ia tekuni sebelum masuk militer, ia paham
bahwa siapapun partner seksnya butuh puncak kenikmatan seperti
dirinnya yaitu ejaku;asi atau coitus. Daren masih ingat saran pakar
seks bahwa lawan main seksnya akan cepat capai puncak jika dibantu
dengan sentuhan atau rabaan pada organ tertentu. Yang paling afdol,
kata pakar seks adalah alat kelaminnya. Darena pun mulai mencari-cari
tapi rupanya tak segera ketemu mengingat ia harus menjulurkan kedua
tangannya. Sementara tangannya meraba ke sana kemari, gerak maju
mundur crank shaft secara alami kian cepat. Dan kian cepat. Saat
jelang puncak ejakulasi itulah baru kepegang lokasi alat kelamin
partner. Maka begitu mau meledak senjata burungya, ia tekan dan
remas kuat-kuat.
Apa yang terjadi ?
Daren kaget setengah mati.
Ia tak percaya pada apa yang ia
alami.
Bagi Daren, apa yang ia rasa saat
meremas sesuatu yang kenyal sungguh tak masuk akal sehingga sepontan
keluarlah ungkapan keheranan , “ HA, KOK TEMBUSS.....?”