Rabu, 08 Mei 2013

HA KOK TEMBUS ???



Daren adalah serdadu muda, asli pelosok desa sekitar Trenggalek. Waktu remaja anak ini buandel, sudah kenal soal genital segala yg pada gilirannya kenal yang genit-genit juga. Beruntung ia praktek genital itu lokasi pelampiasan resmi shg tak sampai menyebabkan burungnya pilek. ia ditempatkan di Papua dan kebetulan dapat penugasan mendadak di pinggiran Jakarta. Biasa siaga keamaanan bersama. Di papua ia bingung milih lokasi pelampiasan, soalnya bisa dimana aja dan yah macam-2 alasannya shg ia khawatir keselamatan burung kesayangannya.
Sebelum mendarat di Halim, ia kasak-kusuk dgn sejawatnya, cari tahu dimana buang syahwat yg aman. Sejawatnya bilang, lokasi resmi jauh dari Halim. “Bakal ga keburu kau. Kita dikasih rehat 3 jam, lalu harus siaga lagi. Jarak tempuh ga keuber.” Sejawat llainnya yg kebetulan dengar nyeletuk. Mau enggak lokasi swasta, jarak tempuh paling satu setengah jam. Sejawat itu lalu membisikinya, kasih tahu tempat di pinggir Bekasi yang kondisinya mirip dengan Taman Lawang .
Daren langsung melesat by taxi ke taman pinggiran Bekasi. Semula grogi juga melihat dua tiga sejoli pacaran di taman. Mereka nongkrong saja di rumput dekat gumbulan tanaman hias. Penerangan bulan jelas tak memudahkan siapapun yang lewat melihat mereka bercumbu dan saling meremas. Satu dua cewek lewat dan bergenit menggoda Daren . Tapi ia cuekin. Daren merasa wajar saja banyak cewek menggoda dirinya karena ia memang memang ganteng kok. Di kampung banyak cewek yg ia cuekin meski mereka sudah tak kurang-kurang akal menggodanya sampai kemudian akhirnya ia memilih pergi manjauh dari kampungnya. Iming2 godaan mereka sudah menngerikan di benak Daren. Masa ia diming-imingi main akrobat segala. Sama sekali tak terpiikir oleh Daren bahwa mereka bersikap begitu kan mengikuti pola pikir ato bahka pola perilakunya. Tetapi sesungguhnya Darena pergi atas bujukan --- mungkin tepatnya desakan – kerabatnya. Kecuali ia mau mengawini dua cewek yg hamil akibat praktek genital tadi.
Entah mungkin lantaran diuber dateline, Daren harus memilih. Maka terpilihkan cewek sensual yg tipenya agak macho. Cewe lain make-upnya norak, mana bau parfum menyengat. Kalo yg ini aga soft dan lagi pula buka ia bukan tipe gampangan. Buktinya bukan dia yg nggoda tapi dirinya yg ajak kenalan. Daren siapkan file rayuan gombal mutakhir agar si cewe tipe macho tadi cepat mau. Eh, dasar udah bejo, batin Daren. Dia mau diajak begituan.


Daren menanyakan mau main dimana . Mau losmen? Tanya si cewe. Jauh, Daren ganti tanya. Enggaklah, paling seperempat jam, itu kalo segera ada taksi. Daren berpikir keras dan si cewe paham kesulitan yg dihadapi serdadu yg memang mengaku baru datang dari lapangan. Si cw segera menarik lengan Daren menuju ke tempat yg benar-benar aman di taman itu. Memang agak masuk ke tengah taman sehingga ga bakal bisa dilihat orang – kecuali berada di dekat situ juga. Darena dah kayak kebo dicocok hidungnya.
Dengan cekatan penuh emosi, sang cewe melakukan warming up. Pemanasan. Fore play. Setelah dirasa Daren sudah naik dan gelagatnya minta tahap penuntasan, sang cewe tiba-tiba bilang. “Lewat belakang ya say ?” Daren bengong saja, ga dong maunya si cewe. Sementara nafasnya sudah megap-megap dan jantung berdegub keras. Si cewe ambil posisi berdiri membelakangi Daren. Cowok culun pol ini nurut saja diarahkan sang cewe, kemana dan dimana burungnya bakal nangkring. Daren bener-benar “gelap mata” , maksudnya memang tidak melihat apa-apa. Wong memang gelap. Mendung mensensor rembulan.



Manakala memasuki tahap penetrasi yang segera diikuti gerakan maju mudur kayak gerak piston pada mesin bakarn yang menggerakan roda, Daren sudah merasakan sukmanya melanglang di jagad kahyangan taman sri wedari yang penuh dengan bidadari cantik molek. Mereka seolah-olah beramai-ramai mengerumuni dirinya serta meraba-raba seluruh celah-celah pusat sensitif di selujur tubuhnya.
Daren ini tipe pecinta yang selalu toleran, tak mau egois, tak mau enak sendiri. Berkat bacaan pendidikan sex yang pernah ia tekuni sebelum masuk militer, ia paham bahwa siapapun partner seksnya butuh puncak kenikmatan seperti dirinnya yaitu ejaku;asi atau coitus. Daren masih ingat saran pakar seks bahwa lawan main seksnya akan cepat capai puncak jika dibantu dengan sentuhan atau rabaan pada organ tertentu. Yang paling afdol, kata pakar seks adalah alat kelaminnya. Darena pun mulai mencari-cari tapi rupanya tak segera ketemu mengingat ia harus menjulurkan kedua tangannya. Sementara tangannya meraba ke sana kemari, gerak maju mundur crank shaft secara alami kian cepat. Dan kian cepat. Saat jelang puncak ejakulasi itulah baru kepegang lokasi alat kelamin partner. Maka begitu mau meledak senjata burungya, ia tekan dan remas kuat-kuat.
Apa yang terjadi ?
Daren kaget setengah mati.
Ia tak percaya pada apa yang ia alami.
Bagi Daren, apa yang ia rasa saat meremas sesuatu yang kenyal sungguh tak masuk akal sehingga sepontan keluarlah ungkapan keheranan , “ HA, KOK TEMBUSS.....?”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar