Sugio Mulyo adalah pengusaha bakso
asal Wonogiri yg sukses. Bisnisnya franchise. Awalnya ia buka warung
bakso di pinggiran Jakarta Timur. Warungnya laku banget, pembelinya
sampai antri. Lalu investor tertarik untuk mengembangkan
cabang-cabang di penjuru DKI plus Depok. Maka Sugi pun bisa ongkang-2
kaki. Ia cukup memantau laporan saja dari rumahnya di sekitar waduk
Gajah Mungkur . Putera tunggalnya , Tejo Sunaryo –panggilannya Rio,
sekolahSMA di Jogya. Sesuai janji si bapak, si anak diberi kado
istimewa saat ultahnya ke 17 : Ferrari warna kuning. Si anak memang
ingin sekali punya mobil bagus banget dan si bapak akan memberinya
jika usianya sudah cukup umur untuk dapat SIM. Tentu saja Ferrari
sudah di rumahnya di Sukoharjo beberapa minggu sebelum hari ultah
nya. Supaya si bocah belajar dulu sampai mahir menyetir Ferrari.
Dasar anak jamam cyber begini, cepat sekali ia lihai bawa sedan mahal
tanpa khawatir lecet. Ya karena ia sudah curi latihan , pinjam mobil
temen-2nya di Yogya.
Dalam rangka ultah itulah Rio
undang pacarnya, Jesica, dari Jakarta – ayah Rio punya rumah megah
di Pondok Gede. Rio suruh sopirnya jemput sang pacar di Bandara
Internasional Adi Sumarmo, Solo. Ia tak ikut, sengaja mau bikin
kejutan. Ferrari. Usai acara suka cita di rumahnya di Sukoharjo, Rio
ajak sang pacar coba Ferrari di jalan raya Sukoharjo – Wonogiri,
sore itu.
Jalan raya ini lumayan bagus meski
sebagian ruas ada yg rusak dikit. Hari biasa selalin sabtu minggu
lalu-lintasnya sepi. Apalagi surup-surup, sore jelang magrib, dimana
suasannya mulai remang-remang. “Cuma 120 lu braninya ?” komen
sang pacar yang sama-sama remaja. “Berani 150 gua buka
baju....”Tantangan begini, cemen bagi Rio. Latihan dulu lebih dari
itu, ya di jalan yang sama. Spedometer capai 150, sang pacar buka
baju. “Kalo 175 ?” ganti tantang Rio. Spontan Jesica tunjuk
behanya. Ini jebakan Rio karena ia latihan rata-rata ya dengan
kecepatan segitu. Bra dilepas, dan Rio pun demen melirik pacarnya,
meski tanpa mengurangi kewaspadaannya.
Sekian menit kemudian ganti sang
pacar nantang. 200, copot celana. Rio geleng kepala. Takut ya? Rio
geleng kepala lagi disertai nunjuk bawah pusar sang pacar. “CD ?
,...ayo siapa takut...? ” kata sang pacar girang. Rio pun serius
nyetir. Jalanan sepi tapi matahari mulai menutup kelopaknya, mungkin
ngeri ato jengah , entahlah. Artinya, langit mulaji suram. Tatkala
speedo nunjuk angka 175, AC mobil di matiin agar gasnya enteng.
Akibatnya di dalam mobil agak panas. Jendela kaca dibuka oleh Jesica.
Bener juga. Begitu spedo capai 200 tanpa ragu-ragu ia copot semuanya
lalu bertepuk tangan. “Yes. Yes . yes ! Karena jendela terbuka dan
angin kecang akibat mobil melaju pesat, semua pakaian Jesica –
dari BH sampai CD – disedot angin, keluar berhamburan di jalan.
Rio dari tadi bolak-balik tengok ke kiri untuk menyaksikan hasil
ketrampilan ngebut -- sang pacar bugil !
Bagaimana pun Rio masih belia, jauh
dari matang pengalaman menyetir. Ferrari melaju mulai memasuki
area pemukiiman. Dua tiga rumah mulai terlihat di pinggir jalan.
Jelang magrib begini tentu orang-orang keluar rumah untuk ke majid,
dan itu berarti mereka tentu ada yg nyebrang jalan. Nah mendekati
tikungan, Rio memang mengurangi kecepatan. Tapi jelas tak terpikirkan
kalo setelah tikungan beberapa anak yang hendak ke masjid
menyebrang. Jelas momen begini belum pernah dialami Tejo selama
latihan. Ia gugup, mainkan persnelang dan gas serta setir. Beruntung
tak terjadi tabrakan. Namun beberapa puluh meter kemudian, entaha
kenapa terjadi selip dan sedan kuning terperosok keluar jalan. Rem
sudah dioptimalkan Rio tapi baru behrnti karena menabrak pohon.
Jesica selamat, tidak cedera
apapun tapi Rio terjepit stang kemudi. Kelihatannya sih ia tak luka
serius cuma tak bisa keluar dari joknya. Rio benar-benar terjepit.
Jesica beruaha menarik tapi tidak kuat. Rio nyuruhJesica minta
bantuan. Tapi dia dalam keadaan bugil. Mau pakai baju Rio ga
mungkin. Dadanya terganjal setir. Rio benar-benar kejepit. Lalu Rio
minta Jesica ambil sepatu yang ia pakai. Kayaknya bisa diambil. Buat
pakai sepatu? Tanya Jesica. Buat nutupin anumu itu lho...., seru
Rio. Dengan telanjang bulat Jesica berkari cari pertolongan. Kok ya
kebetulan ga ada rumah satupun. Tapi mata Jewsica menagkap bangunan
kios kecil di tepi jalan. Rupanya kios bensin eceran. Tampak bapak
tua – mungkin usianya hampir 70an—sedang memasukkan botol 1 liter
isi bensin ke dalam lemari di dalam kios itu.
Ketika Jesica tiba dengan
tergopoh-gopoh, pak tua tidak begitu reaktif. Ia meresponnya seperti
menghadapi pembeli. “Wah udah tutup nduk....bensinya sudah saya
masukin je....”
Pak, tolong pak...tolong
pak.....pa...pa...pacar saya pak....., kata Jesica menghiba. Mungkin
pak tua itu memang sudah rabun berat tapi pendengarannya masih tajam.
Maka ia lebih serius memperhatikan tamunya. Ia ambil kacamata dan
seketika ia kaget melihat perempuan muda dengan dua alas sepatu
menutupi alat vitalnya. Ia perhatikan seksama.
“Tolonglah pak....tolonglah pacar
saya,....ia terjepit pak. Gak bisa gerak sama sekali....” kata
Jesica dgn nada menghiba.
“Terjepit ? “ kata pak tua
setengah tidak percaya. “Iya pak, terjepit...ga bisa gerak sama
sekali.....” kata Jesica. Pak tua memperhatikan bagian vital Jesica
yang ditutupi sepasang sepatu dimana alasnya menghadap pak tua.
Setelah dia mengamati sejenak, pak tua akhirnya berkata: “Waduh,
nduk...pacarmu MASUK TERLALU DALAM. Bapak ga bakal kuat
menariknya.......”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar