Kamis, 28 Maret 2013

TERJEPIT FERRARI


Sugio Mulyo adalah pengusaha bakso asal Wonogiri yg sukses. Bisnisnya franchise. Awalnya ia buka warung bakso di pinggiran Jakarta Timur. Warungnya laku banget, pembelinya sampai antri. Lalu investor tertarik untuk mengembangkan cabang-cabang di penjuru DKI plus Depok. Maka Sugi pun bisa ongkang-2 kaki. Ia cukup memantau laporan saja dari rumahnya di sekitar waduk Gajah Mungkur . Putera tunggalnya , Tejo Sunaryo –panggilannya Rio, sekolahSMA di Jogya. Sesuai janji si bapak, si anak diberi kado istimewa saat ultahnya ke 17 : Ferrari warna kuning. Si anak memang ingin sekali punya mobil bagus banget dan si bapak akan memberinya jika usianya sudah cukup umur untuk dapat SIM. Tentu saja Ferrari sudah di rumahnya di Sukoharjo beberapa minggu sebelum hari ultah nya. Supaya si bocah belajar dulu sampai mahir menyetir Ferrari. Dasar anak jamam cyber begini, cepat sekali ia lihai bawa sedan mahal tanpa khawatir lecet. Ya karena ia sudah curi latihan , pinjam mobil temen-2nya di Yogya.
Dalam rangka ultah itulah Rio undang pacarnya, Jesica, dari Jakarta – ayah Rio punya rumah megah di Pondok Gede. Rio suruh sopirnya jemput sang pacar di Bandara Internasional Adi Sumarmo, Solo. Ia tak ikut, sengaja mau bikin kejutan. Ferrari. Usai acara suka cita di rumahnya di Sukoharjo, Rio ajak sang pacar coba Ferrari di jalan raya Sukoharjo – Wonogiri, sore itu.
Jalan raya ini lumayan bagus meski sebagian ruas ada yg rusak dikit. Hari biasa selalin sabtu minggu lalu-lintasnya sepi. Apalagi surup-surup, sore jelang magrib, dimana suasannya mulai remang-remang. “Cuma 120 lu braninya ?” komen sang pacar yang sama-sama remaja. “Berani 150 gua buka baju....”Tantangan begini, cemen bagi Rio. Latihan dulu lebih dari itu, ya di jalan yang sama. Spedometer capai 150, sang pacar buka baju. “Kalo 175 ?” ganti tantang Rio. Spontan Jesica tunjuk behanya. Ini jebakan Rio karena ia latihan rata-rata ya dengan kecepatan segitu. Bra dilepas, dan Rio pun demen melirik pacarnya, meski tanpa mengurangi kewaspadaannya.
Sekian menit kemudian ganti sang pacar nantang. 200, copot celana. Rio geleng kepala. Takut ya? Rio geleng kepala lagi disertai nunjuk bawah pusar sang pacar. “CD ? ,...ayo siapa takut...? ” kata sang pacar girang. Rio pun serius nyetir. Jalanan sepi tapi matahari mulai menutup kelopaknya, mungkin ngeri ato jengah , entahlah. Artinya, langit mulaji suram. Tatkala speedo nunjuk angka 175, AC mobil di matiin agar gasnya enteng. Akibatnya di dalam mobil agak panas. Jendela kaca dibuka oleh Jesica. Bener juga. Begitu spedo capai 200 tanpa ragu-ragu ia copot semuanya lalu bertepuk tangan. “Yes. Yes . yes ! Karena jendela terbuka dan angin kecang akibat mobil melaju pesat, semua pakaian Jesica – dari BH sampai CD – disedot angin, keluar berhamburan di jalan. Rio dari tadi bolak-balik tengok ke kiri untuk menyaksikan hasil ketrampilan ngebut -- sang pacar bugil !
Bagaimana pun Rio masih belia, jauh dari matang pengalaman menyetir. Ferrari melaju mulai memasuki area pemukiiman. Dua tiga rumah mulai terlihat di pinggir jalan. Jelang magrib begini tentu orang-orang keluar rumah untuk ke majid, dan itu berarti mereka tentu ada yg nyebrang jalan. Nah mendekati tikungan, Rio memang mengurangi kecepatan. Tapi jelas tak terpikirkan kalo setelah tikungan beberapa anak yang hendak ke masjid menyebrang. Jelas momen begini belum pernah dialami Tejo selama latihan. Ia gugup, mainkan persnelang dan gas serta setir. Beruntung tak terjadi tabrakan. Namun beberapa puluh meter kemudian, entaha kenapa terjadi selip dan sedan kuning terperosok keluar jalan. Rem sudah dioptimalkan Rio tapi baru behrnti karena menabrak pohon.
Jesica selamat, tidak cedera apapun tapi Rio terjepit stang kemudi. Kelihatannya sih ia tak luka serius cuma tak bisa keluar dari joknya. Rio benar-benar terjepit. Jesica beruaha menarik tapi tidak kuat. Rio nyuruhJesica minta bantuan. Tapi dia dalam keadaan bugil. Mau pakai baju Rio ga mungkin. Dadanya terganjal setir. Rio benar-benar kejepit. Lalu Rio minta Jesica ambil sepatu yang ia pakai. Kayaknya bisa diambil. Buat pakai sepatu? Tanya Jesica. Buat nutupin anumu itu lho...., seru Rio. Dengan telanjang bulat Jesica berkari cari pertolongan. Kok ya kebetulan ga ada rumah satupun. Tapi mata Jewsica menagkap bangunan kios kecil di tepi jalan. Rupanya kios bensin eceran. Tampak bapak tua – mungkin usianya hampir 70an—sedang memasukkan botol 1 liter isi bensin ke dalam lemari di dalam kios itu.
Ketika Jesica tiba dengan tergopoh-gopoh, pak tua tidak begitu reaktif. Ia meresponnya seperti menghadapi pembeli. “Wah udah tutup nduk....bensinya sudah saya masukin je....”
Pak, tolong pak...tolong pak.....pa...pa...pacar saya pak....., kata Jesica menghiba. Mungkin pak tua itu memang sudah rabun berat tapi pendengarannya masih tajam. Maka ia lebih serius memperhatikan tamunya. Ia ambil kacamata dan seketika ia kaget melihat perempuan muda dengan dua alas sepatu menutupi alat vitalnya. Ia perhatikan seksama.
“Tolonglah pak....tolonglah pacar saya,....ia terjepit pak. Gak bisa gerak sama sekali....” kata Jesica dgn nada menghiba.
“Terjepit ? “ kata pak tua setengah tidak percaya. “Iya pak, terjepit...ga bisa gerak sama sekali.....” kata Jesica. Pak tua memperhatikan bagian vital Jesica yang ditutupi sepasang sepatu dimana alasnya menghadap pak tua. Setelah dia mengamati sejenak, pak tua akhirnya berkata: “Waduh, nduk...pacarmu MASUK TERLALU DALAM. Bapak ga bakal kuat menariknya.......”






Tidak ada komentar:

Posting Komentar