Sabtu, 15 Desember 2012

KEEP ON FOCUS -1 (TERUS FOKUS)

Perutku mulai mules mas, keluh istriku yg hamil 9 bulan lebih. Tapi aku harus berangkat karena aku yang mengurus semua . mulai dari rencana hingga pelaksanaan. Waktu tahu biaya ikut pameran otomotif di Parkir Timur Senayan tidak murah, sementara produk yg mau dijual cuma pil, dgn harga hanya 2000-an, awalnya aku kecil hati. Setelah ngobrol dgn salah satu agen penjual , sebuah toko kecil asesori mobil di Kemayoran , tampak titik terang. Pemilik toko yg juga semuda aku waktu itu ajak join. Konter dibagi dua, meski dia sendiri sangsi lantaran display asesori kan makan tempat. Kawan td mengingat ha l itu. Oke, tdk masalah. Deal . Kami patungan masing-masing bayar 275rb. Ga perlu kuminta persetujuan bos , P Ks, yg punya bisnis di Amrik. Persiapan kulakukan bersama Bambang (helper, tugasnya mencetal pil, pengemasan /packing, dll). Personil lain (seles spt Mas Heru, Deni Kucai, Ahmal, Febri, Dahlia) tak kuganggu . mereka tetap jalan cari duit. Wong cuma beli partisi kasa di kios barang bekas di Jl Perintis Kemerdekaan, lalu kami cat. Udah. Lemari dan spanduk sudah ada. Persiapan rampung 3 hr sebelum hari H. Eh, Jumat malam bos datang. Ketemu sabtu pagi di kantor, bos langsung negur, “P Yoga ada pameran otomotif di Senayan,….bagaimana?” Kita ikut, jwabku. Ha, sudah daftar? Berapa biayanya? 275rb? Murah amat, yang bener kamu….. terus persiapannya apa, kok sepi-sepi aja. Sudah semua Pak Ks, kita tinggal berangkat besok pagi. paparku seraya menunjukkan partisi (kasa kawat 1 m x 1.2 m, tinggi 1,5 m) yg sudah dicat hitam, lemari kaca kecil 1 m x 60 cm x 90 cm (t), dan spanduk lama. “Kok sederhana banget?” . Segera kutimpali, bayangan Pak Ks bagaimana? “Ya pakai interior yang dihias kontekstual, spt kita pernah pameran oli purifiner di PRJ dulu itu, aku mau membiayainya….kita bangun suasana racing, ada gambar balapan. Produk kita kan aditif…” Tujuan saya, jualan dan cari untung. Bukan promosi Pak. Ide seperti itu, butuh space luas. Butuh konsep interior dan pernik-2 lain. Ga cukup 6 juta Pak, apalagi pakai konsultan artistic…..Dulu oli purifiner , promosi bolehlah, tp penjualannya jeblok kan? Apalagi konsep sederhana dr saya ga dipakai pak Risk, menejer. Di depan meeting menejer setuju konsep promosi saya tapi di lapangan berbeda….” Akhirnya aku memang harus berangkat minggu pagi itu, meninggalkan istri yang mungkin akan segera melahirkan anak ke-2ku, meninggalkan anakku yang sulung, Murup . Tapi Murup sudah ada yang momong, Yu Darmi. Krisis moneter semakin menggila waktu itu. Rupiah jatuh, dollar terbang terus hingga nembus 16 ribu, padahal kursnya 3-4 ribu bbrp bulan sebelumnya. Banyak perusahaan gulung tikar, cari duit makin sulit. Sumber : wikipedia Upah minimum 180.000an saat itu. Nasi goreng gerobak keliling masih seribu sebungkus di komplekku (sekarang Rp 8rb). Tekanan ekonomi jelas mengenjet rakyat kecil termasuk diriku. Seingatku, istri kutingalin duit Rp 20rb tok ! Emang ga ada duit dan aku sadar kelahiran butuh biaya tidak sedikit. Stand pameran kami paling cepet siap. Cuman naruh lemari sama partisi, nyantolin spanduk kecil. Peserta lain-2 penyiapan mulai sabtu sore. Maklum mereka pamer mobil atau produk terkait mobil. Jam 9 pameran dibuka. Kusiapkan pasukan SPG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar