Perutku mulai mules mas, keluh istriku yg hamil 9 bulan lebih.
Tapi aku harus berangkat karena aku yang mengurus semua . mulai dari rencana hingga pelaksanaan.
Waktu tahu biaya ikut pameran otomotif di Parkir Timur Senayan tidak murah, sementara produk yg mau dijual cuma pil, dgn harga hanya 2000-an, awalnya aku kecil hati. Setelah ngobrol dgn salah satu agen penjual , sebuah toko kecil asesori mobil di Kemayoran , tampak titik terang. Pemilik toko yg juga semuda aku waktu itu ajak join. Konter dibagi dua, meski dia sendiri sangsi lantaran display asesori kan makan tempat. Kawan td mengingat ha l itu. Oke, tdk masalah. Deal . Kami patungan masing-masing bayar 275rb. Ga perlu kuminta persetujuan bos , P Ks, yg punya bisnis di Amrik.
Persiapan kulakukan bersama Bambang (helper, tugasnya mencetal pil, pengemasan /packing, dll). Personil lain (seles spt Mas Heru, Deni Kucai, Ahmal, Febri, Dahlia) tak kuganggu . mereka tetap jalan cari duit. Wong cuma beli partisi kasa di kios barang bekas di Jl Perintis Kemerdekaan, lalu kami cat. Udah. Lemari dan spanduk sudah ada. Persiapan rampung 3 hr sebelum hari H.
Eh, Jumat malam bos datang. Ketemu sabtu pagi di kantor, bos langsung negur, “P Yoga ada pameran otomotif di Senayan,….bagaimana?” Kita ikut, jwabku. Ha, sudah daftar? Berapa biayanya? 275rb? Murah amat, yang bener kamu….. terus persiapannya apa, kok sepi-sepi aja.
Sudah semua Pak Ks, kita tinggal berangkat besok pagi. paparku seraya menunjukkan partisi (kasa kawat 1 m x 1.2 m, tinggi 1,5 m) yg sudah dicat hitam, lemari kaca kecil 1 m x 60 cm x 90 cm (t), dan spanduk lama. “Kok sederhana banget?” . Segera kutimpali, bayangan Pak Ks bagaimana?
“Ya pakai interior yang dihias kontekstual, spt kita pernah pameran oli purifiner di PRJ dulu itu, aku mau membiayainya….kita bangun suasana racing, ada gambar balapan. Produk kita kan aditif…”
Tujuan saya, jualan dan cari untung. Bukan promosi Pak. Ide seperti itu, butuh space luas. Butuh konsep interior dan pernik-2 lain. Ga cukup 6 juta Pak, apalagi pakai konsultan artistic…..Dulu oli purifiner , promosi bolehlah, tp penjualannya jeblok kan? Apalagi konsep sederhana dr saya ga dipakai pak Risk, menejer. Di depan meeting menejer setuju konsep promosi saya tapi di lapangan berbeda….”
Akhirnya aku memang harus berangkat minggu pagi itu, meninggalkan istri yang mungkin akan segera melahirkan anak ke-2ku, meninggalkan anakku yang sulung, Murup . Tapi Murup sudah ada yang momong, Yu Darmi.
Krisis moneter semakin menggila waktu itu. Rupiah jatuh, dollar terbang terus hingga nembus 16 ribu, padahal kursnya 3-4 ribu bbrp bulan sebelumnya. Banyak perusahaan gulung tikar, cari duit makin sulit.
Sumber : Statistik Indonesia (diolah),2007
Sumber : wikipedia
Upah minimum 180.000an saat itu. Nasi goreng gerobak keliling masih seribu sebungkus di komplekku (sekarang Rp 8rb). Tekanan ekonomi jelas mengenjet rakyat kecil termasuk diriku. Seingatku, istri kutingalin duit Rp 20rb tok ! Emang ga ada duit dan aku sadar kelahiran butuh biaya tidak sedikit.
Stand pameran kami paling cepet siap. Cuman naruh lemari sama partisi, nyantolin spanduk kecil. Peserta lain-2 penyiapan mulai sabtu sore. Maklum mereka pamer mobil atau produk terkait mobil. Jam 9 pameran dibuka. Kusiapkan pasukan SPG (sales promotion guys) enam, plus aku, termasuk sahabat setiaku: Mas Heru. Menejer keuangan P Heriman datang sama bos agak siang.
Peran utamaku persis bakul obat di pasar tradisonal -- ga tahu sekarang masih ada apa enggak. Jadi aku pidato dengan suara kenceng --- ga ada pengeras suara -- di tengah hiruk pikuk suara pengunjung dan speaker standa lain. Pidatoku harus berkobar-kobar agar pengunjung tertarik pada kehebatan aditif : hemat dan aman. Selain aditif merk Powerpills untuk bensin dan solar, kami juga jual waterless hand cleaner merk bioblue.
Jam 10 mulai ramai pengujung dan makin siang makin ramai. Kalo aku pidato, banyak pengunjung tertarik sehingga kerumunan yang terbentuk sampai menyita “pekarangan” stand lain. Luas stand kami 1.5x2 m. tapi kerumunan bisa mnecapai radius 10 m. Di saat ramai itulah temen2 SPG beraksi . menyodorkan brosur dan contoh produk serta menjelaskannya kepada pengunjung satu atau sekaligus beberapa pengunjung.
Jika tidak sedang pidato, aku amati cara kerja semua SPG dari jauh. Pernah SPG Dahlia aku panggil dan kutegur. “Kamu kalo ngomonng sama pengunjung, tatap matanya. Jangan nerocos terus, sampai tidak sadar kalau yang diajak omong sudah pergi. Kamu keder ya?” dia mengangguk. Kamu ga perlu takut, yakin bahwa yang kamu omongkan itu benar. Kalau ada yang debat, panggil aku. Setelah aku tegur, emang ada perubahan? Enggak ! tetep saja iai omong kayak robot, bukannya ajak pengunjung ngobrol. Sudah kukasih contoh. Habis ngomong soal kehebatan produk, berhenti bicara lalu tatap mata
TABEL PERKEMBANGAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT,
1990-2007
Sumber : Statistik Indonesia (diolah),2007
pengunjung terus tanya, bagaimana mas, pak. Apa yang bikin mas, bapak ragu-ragu pada produk kami. Tapi meski begitu , jualan Dahlia lumayan juga.
Febri juga aku tegur. “Eh, kau jangan sok jagoan. Bener memang cleaner itu tidak beracun tapi jangan kau sendiri jadi bahan uji coba dengan menyemprotkan bioblue ke mulutmu ?” Emang beracun, Pak? Enggak,….kata brosur. Aku percaya tapi kan aku ga pernah suruh kamu buktikan dengan menelannya
Kalo pengunjung sepi, aku piato lagi. Terjadi kerumunan lagi. Penjualan ramai lagi.
Ada juga pengunjung yang meremehkan. “gua ga heran. Pakai aja kapur barus. Lari mesin tambah kenceng, gas enteng, tarikan naik.”
Mas betul, karena saya sendiri pernah coba, kataku. Tapi boleh aku kasih lihat sama anda? Dia menatapku ingin tahu. Kuminta temen SPG ambil gelas isi bensin setengah dan kapur barus.
Mas lihat ya, kapur barus ini akan saya masukkan ke gelas isi bensin. Nanti setelah saya aduk lalu saya diamkan. Pasti terbentuk endapan, jelasku . Endapan ini akan menyumbat karburator. Kalau benar nanti terbentuk endapan, mas beli kan? eh dia malah ngeloyor menjauh.
Sikitar jam 12.30 aku pamit makan sama P Heri. Jam 1 an aku balik ke stand. Menejer keuangan menyambutku. “Berasa apa situ ?”. Kenyanglah, sahutku. Bukan, perasaan situ…..dapat firasat enggak? Aku angkat bahu.
Ya sudahlah. Selamat ya, istri bapak sudah melahirkan. Laki-laki. Tadi istri bapak telpun saya, tutur P Heri seraya menjabat tanganku, maka temen-2pun berebut manyalami aku.
“Sudah pulang sana,” perintah P Heri. Tapi masih siang Pak, kataku. Bukan sok loyal. Aku bingung pulang naik apa? Bis, angkot jarang waktu itu. Rupanya P Heri tahu pikiranku. “Bawa mobil ,” katanya. Nanti anak-anak, barang-barang bagaimana,. “Ah, udahlah, ada bos di sini. Ga perlu pusing-2, sana pulang.”
Ternyata mobil terkurung kendraan lain. Nggak bisa keluar. Padahal waktu aku parkir masih banyak yg kosong. Nunggu nyaris dua jam baru bisa keluar karena mobil yang menghalangi mau keluar juga. Berhubung aku pulang dulu untuk mandi, sampai rumah bersalin di kompelk ruko harapan baru II (dekat Kranji) jam empat. Istriku sempat cemberut, tapi selebihnya, kami happy…..
Aku ingat pameran itu berlangsung tanggal berapa, karena bersamaan dengan kelahiran anak keduaku: 10 Mei 1998 – 4 hari menjelang “pesta” penjarahan gila-gilaan. Bayi ini kuberi nama Ali Gading Kusuma
Bosku seneng karena pameran sukses. Penjualan mencapai 5 juta , modal pameran tidak seberapa (275 rb + uang makan SPG dll 100rb). Selasa masuk kerja dikasih bonus setengah gaji. Kok ya pas buat biaya kelahiran anakku: 475rb, termasuk biaya akte kelahiran. Masih ada kembali, lumayan buat beli susu formula si mbarep, Murup. Pediasure. Alhamdulillah.
Tancep kanyon: tetep focus dalam bekerja, atau mengerjakan apa saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar