Minggu, 21 Juli 2013

Bukan Sinetron -3

4 Kado Ulang Tahun
Tanggal itu adalah hari istimewa buat Prasaja. HUT. Pas hari libur, hari minggu. Namun Pras lupa dan seingatnya ga ada teman yang mengingatkannya. Termasuk Kekayi maupun Lena. Mereka bukan jenis manusia yang romantis dan Pras tak begitu peduli. Malah teman sekontrakan, Victor dan Ferry, yang ribut. Bukan hanya mereka berdua, melaikan satu “gang asrama” kompak untuk merayakannya. VIktor dan Fery ajak ika berkolaborasi untuk mempersiapkan pesta itu. Rencana pun mereka susun. Pesta sederhana : kue tart dan makan siang. Begitu saja, Gang asrama tahu Pras ga suka hura-hura, tidak seperti mereka.
Sesungguhnya HUT Pras saat itu membawa berkah. Lena datang untuk mewujudkan impian Pras: sekolah di Yogya. Dan itu adalah kado termanis – dan termahal-- dari Lena. Selama ini mereka pacaran – kalau keadaan demkikian disebut pacaran – lebih banyak secara verbal tapi merasuk ke dalam jiwa. Mereka tidak pernah pergi berdua kecuali ketika latihan opera dulu itu. Selebihnya tidak pernah. Di rumah pun mereka ngobrol sangat formal tapi bila bertemu di sekolah sikap Lena hangat kepada Pras. Boleh dibilang mereka pacaran – kalo keadaan demikian dibilang pacaran –secara gerilya. Tidak ada yang tahu. Paling yang tahu Yopi, teman sebangku Pras, dan Lidya. Juga teman sebangku Lena. Mungkin pacar Lidya. Mungkin juga Henry. Karena Henry adalah adik pacar Lidya. Selebihnya, teman-teman dekat Lena maupun Pras, cuma bisa menebak, antara iya dan tidak apakah Pras dan Lena pacaran. Lena memang tertutup. Sedikit banyak juga Pras.
Pintu depan terbuka. Lena mengetuk pelahan karena tahu di ruang tengah banyak orang. Lelaki berambut keriting dan berkulit agak gelap menyambut Lena. Oh, temannya Pras ya? Kata Victor langsung menebak setelah melihat Lena menenteng bingkisan indah , yang diperkiakan kado. Lena mengangguk. Ayo, ayo masuk ke ruang tengah saja. Kebetulan kami teman-temannya mau merayakan ulang tahunnya.
Di ruang tengah sudah berkumpul sekitar sepuluh orang sebaya Pras. masakan beberapa pilihan tersaji di dua meja. Kue tart dan lilin ulatah disiapkan di atas meja kecil dorong dan diparkir di depan pintu kamar Pras. Lena dipersilakan Viktor dudu di sofa panjang di depan kamar Ferry sementara dia sendiri mau mengatur acara yag segera di mulai.
Fer, siap ? seru Viktor. Ferry yang berdiri di depan kamarnya dan berartii tak jauh dari Lena menjawab. Yoi Vicky, tapi liline nyalain dulu, rek, teriak Ferry. Viktor baru ingat dan sibuklah ia cari korek api. Dia lupa anak asrama dibiasakan tidak merokok. Wajar mereka bukan perokok meski ada satu dua yag kembali merokok setelah keluar dari asrama. Ferry perokok tapi diam saja tak menawari korek.
Teman kampus Pras? tanya Ferry yang dibalas dengan anggukan. Aku Ferry teman lama Pras, sama-sama dari timur sana.
Ferry punya firasat tak enak dengan kehadiran Lena. Pras bukan tipe “hobi wanita”. Teman wanitanya sedikit. Cuma Kekayi saja yang Ferry tahu. Pacarnya yang sekarang pun adik Kekayi. Bukan karena ia sekolah di fak teknik. Bukan karena ia tak bisa gaul dengan perempuan. Tapi karena Pras memang “gak wedok-an”. Pernah Ferry ke kampus Pras dan di faknya, Geologi, bisa dihitung ceweknya. Kalau ada yang kayak bidadari seperti tamunya ini, aku pasti pasti tahu, pikir Ferry. Siapa dia ya, pikir Ferry.
Mas, mereka semua teman kuliah Pras, tanya Lena.
Oh bukan. Kami berlima teman main Pras. yang cewe-cewe pacar mereka masing-masing. Kami berlima boleh dibilang kakak kelas Pras, cuma beda kampus. Kami semua sudah tidak kuliah, lagi nunggu...eh nyelesai-in tugas akhir.
Kok kayaknya istimewa banget Pras, sampai dimeriahkan begini.
Ya,,,ha,,,ha,,, dia sering bantu kami.
Urusan kuliah ?
Ha...ha..ha..tidaklah. dia rupanya lebih cekatan di jalanan daripada kami, jebolan asrama.
Untuk urusan apa ?
Biasalah, namanya laki-laki. Kadang-kadang kami yang lebih senior tak tahu diri. Masih demen nakal. Ia bantu kenakalan kami. Ha....ha...ha...
Nakal dalam hal apa ?
Biasalah, nakalnya anak laki-laki, tapi jangan salah paham. Ia tak sampai teseret. Itulah hebatnya Pras. Bisa leluasa hidup di dunia penuh godaan tanpa larut . Kerap kami minta Pras untuk tak segan-segan mengingatkan kami....
Fer, teriak Viktor. Ferry mengacungkan jempol. Viktor lalu mengetuk pelahan pintu kamar Pras.
Pintu kamar Pras terbuka dan keluar Ika dengan dandanan tercantiknya.
Tersirap darah Lena tapi ia masih bisa menahan diri. Hanya Ferry yang tahu bahwa tamu ayu ini agak shock. Ika masuk kembali dan keluar lagi bersama Pras.
Sorak sorai membahana di ruang yang sempit untuk jumlah orang sebanyak itu. Selamat ulang tahun, happy birthday Pras. begitu mereka bersorak. Tentu saja ini kejutan besar bagi Pras. Ia tak sangka akan dirayakan semeriah ini.
Tiup lilinnya, tiup llinya. Mereka serentak menyanyi. Segera Pras meniup lilin dan semuanya bersorak dan keplok. Lalu semuanya diam. Sesuai skenario. Giliran Ika tampil.
Selamat Ulang tahun mas Pras, kata Ika disertai cipika cipiki dan .... !
Lena terbelalak, tak percaya apa yang disaksikan di depan matanya.
Ucapan harapan buat Pras dari Ika tak terdengar lagi oleh Lenal. Juga sorak-sorai mereka yang berada di ruangan. Telinga Lena tiba-tiba tuli. Dadanya sesak seperti hendak meledak. Ingin ia menjerit tapi ia paksa supaya tak sampai terjadi. Ingin ia menangis tersedu-sedu sepuasnya tapi ia redam dengan segala kekuatan yang ada, meski toh sebutir dua butir air mata tetap meloncat dari sudut pelupuk matanya. Ia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ia bukan wanita tidak lemah , bukan perempuan cengeng. Meski dibayarnya dengan menggigit bibir sampai berdarah. Tapi bibirnyaia tahan tak bergetar.
Kalau saja ia tak mempersiapkan mental sejak kecurigaan tadi, tentu ia pingsan. Ferry tahu hal itu.
Di tengah sorak sorai itu, Lena menyelinap keluar. Ferry tahu tapi tak mungkin mencegahnya.
Boleh tahu namanya, mbak, nanti aku sampaikan ke Pras. Ferry menawarkan diri.
Dengan suara bergetar Lena manjawab, Sekarang tak penting lagi siapa aku, lalu pergi membiarkan kado tergolek di sofa.
Acara makan-makan berjalan penuh keakraban. Anak-anak gang asrama yang tak serumah ngobrol dengan Pras. Sementara pasangan mereka lebih suka nggrumpi bersama Ika. Kelebihan Prasaja lainnya adalah jeli. Ia suka nenperhatikan apa saja, apalagi yang berhubungan dengan dirinya. Dari tadi Pras tidak melihat Ferry makan minum. Ia ngobrol sebentar dengan anak gang tapi kemudian mojok, menyendiri untuk merokok. Ia memang tak suka makan, wajar bila badannya kurus. Pras cukup dekat dengan Ferry. Mereka kenal ketika dipertemukan grup hiking Pras yang mengajak Ferry ikut dalam kemping di Kali Kuning. Ferry bukan saja cerdas tapi juga pintar main gitar. Waktu kecil sampai SMA ia sekolah musik khusus gitar. Klub hiking Pras mengundangnya ke acara kemping untuk memeriahkan suasana. Kebetulan banyak Pras dan Ferry sama-sama arek wetan, jadi klop unntuk berteman. Ferry kemudian ajak Pras kontrak rumah bareng2 setelah ia keluar dari asrama. Ferry semakin mendekat pada Pra karena sikapnya yang tegar, tak mudah goyah iman. Beberapa kali ia tawari cewek gratis, manis dan aman tapi Pras emoh. Pras menganggap Ferry sebagai adiknya (meski usianya justru lebih tua 2 th) yang sedang lupa diri. Ia tak membiarkan Ferry larut terus menerus. Menurut Pras, menyembuhkan sex maniac tak bisa grusa-grusu seperti memberi obat kepada pnderita flu. Menurut Pras, teladan yang konsisten lebih diperlukan daripada nasehat. Ferry gila wanita padahal ia sudah free sex sama pacarnya.
Pras menghampiri Ferry yang menyendiri, berdiri di tengah pintu dan menghadap pekarangan belakang sambil sedal-sedul merokok. Ono opo cak ? sapa Pras. Ferry membalikkan badan tersenyum. Lagi kepikiran opo ae ?
Setelah basa-basi sebentar baru Ferry lebih menjurus omongannya. Pras, awamu ato temen lain tahu aku tidak setia sama pacar. Karena aku memang bejat. Tapi di mata pacarku ga begitu. Ia tetap menganggapku orang baik-baik. Dan memang itu yang aku harapkan. Karena aku serius sama dia. Dia akan kukawini. Ada pertimbangan mengapa main di belakang dia. Aku main putus. Hampir sama dengan jajan. Sisi negatif aku tahu dan aku mulai memikirkan dampaknya di masa nanti. Semua ini berkat kowe, Pras.
Gaya serius Ferry yang tidak seperti biasanya ini membuat Pras gerah. Suwun. Lalu poinnnya apa ?
Jangan selingkuh selagi kamu bisa, kata Ferry pendek.
Pras tertawa. Yang aku cintai satu, Fer. Dan aku tidak selingkuh.
Maksudmu pacarmu siji ?
Pras mengangguk.
Yang ini, kata Ferry sambil menunjuk Ika yang sedang ngobrol dengan pacar-2 gang asrama.
Pras tak segera mengangguk dan malah memelototi Ferry. Seingatku aku belum pernah cerita apa-apa , termasuk Lena, pada Ferry, pikir Pras. Mengapa Ferry menuduhku begitu.
Ferry membalas tatapan tajam Pras lalu melengos, kembali memandang pekarangan belakang. Jelas Ferry malas ngomong lagi sama Pras. Ferry menyayangkan kenapa Pras bohong padanya, dan tanda kekhawatirannya akan terbukti. Pras akan hancur, pikir Ferry prihatin.
Karepmu opo se Fer ? hardik Pras. Suaranya meungkin tidak keras tapi suasana lagi hening sehingga terdengar orang-orang. Pras memang tidak bermaksud apa-apa pada Ferry tapi bagaimanapun sikap Ferry menjengkelkannya.
Viktor datang. He ada apa nih? Lagi bagi bagi kado ya ? isinya apa sih ?
Pras malah heran, Kado apaan ?
Tadi kan ada cewe cantik nenteng kado, sergah Viktor.
Cewe apaan ? bojoku itu yang mau kasih kado tapi ga jadi beli. Kesiangan, ujar Ferry.
Viktor menatap Ferry dengan pandangan bloon. Pras bingung, bergantian memandang Viktor dan Ferry. Ferry meninggalkan mereka untuk ambil cocktail lalu bergabung dengan teman-teman lain.
Pesta telah usai teman-teman Pras sudah pulang semua. Termasuk pacar Viktor dan pacar Ferry. Karena Viktor dan Ferry mengantar pulang pacarnya masing-masing, berarti di rumah itu tinggal Pras dan Ika berdua. Mereka santai di kamar. Baca-baca sembari mendengarkan radio.
Tadi waktu cuci piring bareng-bareng kami bahas hantu, papar Ika. Awalnya Grace mengutarakan keresahan Viktor. Pacarnya yakin menerima tamu wanita cantik bawa kado, ia persilkan masuk dan duduk di sofa itu. Ferry berdiri dekat sofa. Kok tadi Ferry membantahnya. Karena penasaran Viktor menegaskan lagi ke Ferry tapi Ferry tetap pada pendiriannya. Viktor jadi gundah dan ngomel-ngomel sama Grace. Masak Ferry sampai bilang begini, hantu kali. Mana ada hantu siang bolong begini ? Tapi si Om yang punya rumah ini pernah crita bahwa di rumah ada penghuninya, kata Hartatik, pacar Ferry. Tapi hantu baik, tak asal nakutin orang. Ia muncul tanda ada yang selingkuh di sini.
Aku jadi tak enak hati, mas. Aku termasukkah? Aku terlibat iya, tapi yang selingkuh bukan aku tapi si Herman kan ?
Ika tampak galau.
Mas kok diam saja ?
Pras memang sedang mencermati kisah hantu itu. Maunya Ferry itu apa? Jelas dia ngada-ada, pikir Pras. Itu cerita isapan jempol, komen Pras.
Endah, pacar siapa lupa aku, juga bilang begitu. Grace percaya pacarnya tidak bohong. Viktor lhat dengan jelas wanita putih putih kayak putri cina itu membawa kado.
Pras tersentak mendengar Ika menyebut ciri-ciri hantu itu. Ika melanjutkan. Lalu kami rame-rame bongkar sana sini untuk mencari kado. Barangkali tertinggal atau jatuh di rumah ini. Tidak ketemu.
Ya berarti kadonya dibawa lagi sama si hantu, canda Pras.
Terdengar deru suara motor masuk rumah. Pras hafal, motor Kawasaki milik Ferry.Tak seberapa lama terdengar pintu kamar dibuka. Pras segera keluar dan menuju kamar Ferry. Pras masuk kamar Ferry dan langsung menutup pintunya.
Fer, terus teranglah maksud mu apa dengan sikapmu itu, dengan crita hantu, maumu apa ?
Ferry tak jadi membuka jaketnyya tapi memuka lemarinya lalu mengeluarkan kado dan dilemparkannya ke Pras. Sudah terbuka sedikit, dia sendiri yang buka, ujar Ferry. Kamu buka dan periksa isinya, jangan keluar sebelum urusan kado ini beres.
Pras membuka kado sementara Ferry membuka jaket.
Mauku bukan sekarang aku memberikannya padamu. Tapi aku ndak punya pilihan lain, kata Ferry.
Giliran Pras terpukul. Isi kado adalah kaos warna merah kostum MU. Saking kepinginya punya sampai terlontar harapannya kepada Lena. Kapan ya aku punya uang berlebih buat beli kaos MU. Harganya sih lumayan tapi bukan berarti tak terjangkau. Tapi ngapain ya Len, beli begituan mahal sementara ortuku butuh biaya buat sekolahku di Yogya nanti, kata Pras kepada Lena. Lagi pula beli kaos MU ang asli harus ke Surabaya. Pras tahu kerabat Lena banyak di Surabaya.
Lihat tuh remasan kertasnya, kata Ferry. Aku memegangnya tai tidak berusaha membukanya. Kurasa tadi agak basah, mungkin tangannya basah oleh air matanya.
Pras tertegun mendengar kertas ini basah dan sekarang sudah tidak lagi. Benarkah Lena menagis?
Dengan hati-hati remasan kertas di buka. Ternyata konidisinya sudah tercabik-cabik lalu diremas-rema hingga jadi satu lagi. Potongan kerta Pras coba jadikan satu. Mugkin karena basah, sebagian hancur. Cuma sepotong yang bisa tersisa. Tertulis di situ....elalu sayang kam.....
Pras menunduk sambil memegangi kepala, nafasnya tak teratur. Ia remas-rema kaos MU lalu mengusap wajahnya dengan kaos itu. Ferry tahu Pras menangis dan berusaha mengatasi emosinya dengan segala daya.
Pras termenung. Matanya masih berkaca-kaca.
Kamu di sini saja. Aku bilang ika, kamu sakit perut. Mules, berak-berak, lemes, sekarang tidur di kamarku. Ku antar Ika pulang bagaimana ?
Ga perlu, aku baik-baik. Aku mau balik ke kamar. Trim ya.
Apa yang mau kamu lakukan ?
Pras mencep. Memandang Ferry dengan tatapan kosong. Pras angkat bahu.

Saranku, yang ada dulu pegang. Ika anak baik. Aku bisa baca dari sikap dan kelakuannya. Yang sudah, biarlah terjadi. Pras mengangguk sebelum keluar darikamar Ferry.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar