4 Kado Ulang Tahun
Tanggal itu adalah
hari istimewa buat Prasaja. HUT. Pas hari libur, hari minggu. Namun
Pras lupa dan seingatnya ga ada teman yang mengingatkannya. Termasuk
Kekayi maupun Lena. Mereka bukan jenis manusia yang romantis dan Pras
tak begitu peduli. Malah teman sekontrakan, Victor dan Ferry, yang
ribut. Bukan hanya mereka berdua, melaikan satu “gang asrama”
kompak untuk merayakannya. VIktor dan Fery ajak ika berkolaborasi
untuk mempersiapkan pesta itu. Rencana pun mereka susun. Pesta
sederhana : kue tart dan makan siang. Begitu saja, Gang asrama tahu
Pras ga suka hura-hura, tidak seperti mereka.
Sesungguhnya HUT Pras
saat itu membawa berkah. Lena datang untuk mewujudkan impian Pras:
sekolah di Yogya. Dan itu adalah kado termanis – dan termahal--
dari Lena. Selama ini mereka pacaran – kalau keadaan demkikian
disebut pacaran – lebih banyak secara verbal tapi merasuk ke dalam
jiwa. Mereka tidak pernah pergi berdua kecuali ketika latihan opera
dulu itu. Selebihnya tidak pernah. Di rumah pun mereka ngobrol sangat
formal tapi bila bertemu di sekolah sikap Lena hangat kepada Pras.
Boleh dibilang mereka pacaran – kalo keadaan demikian dibilang
pacaran –secara gerilya. Tidak ada yang tahu. Paling yang tahu
Yopi, teman sebangku Pras, dan Lidya. Juga teman sebangku Lena.
Mungkin pacar Lidya. Mungkin juga Henry. Karena Henry adalah adik
pacar Lidya. Selebihnya, teman-teman dekat Lena maupun Pras, cuma
bisa menebak, antara iya dan tidak apakah Pras dan Lena pacaran.
Lena memang tertutup. Sedikit banyak juga Pras.
Pintu depan terbuka.
Lena mengetuk pelahan karena tahu di ruang tengah banyak orang.
Lelaki berambut keriting dan berkulit agak gelap menyambut Lena. Oh,
temannya Pras ya? Kata Victor langsung menebak setelah melihat Lena
menenteng bingkisan indah , yang diperkiakan kado. Lena mengangguk.
Ayo, ayo masuk ke ruang tengah saja. Kebetulan kami teman-temannya
mau merayakan ulang tahunnya.
Di ruang tengah sudah
berkumpul sekitar sepuluh orang sebaya Pras. masakan beberapa pilihan
tersaji di dua meja. Kue tart dan lilin ulatah disiapkan di atas meja
kecil dorong dan diparkir di depan pintu kamar Pras. Lena
dipersilakan Viktor dudu di sofa panjang di depan kamar Ferry
sementara dia sendiri mau mengatur acara yag segera di mulai.
Fer, siap ? seru
Viktor. Ferry yang berdiri di depan kamarnya dan berartii tak jauh
dari Lena menjawab. Yoi Vicky, tapi liline nyalain dulu, rek, teriak
Ferry. Viktor baru ingat dan sibuklah ia cari korek api. Dia lupa
anak asrama dibiasakan tidak merokok. Wajar mereka bukan perokok
meski ada satu dua yag kembali merokok setelah keluar dari asrama.
Ferry perokok tapi diam saja tak menawari korek.
Teman kampus Pras?
tanya Ferry yang dibalas dengan anggukan. Aku Ferry teman lama Pras,
sama-sama dari timur sana.
Ferry punya firasat
tak enak dengan kehadiran Lena. Pras bukan tipe “hobi wanita”.
Teman wanitanya sedikit. Cuma Kekayi saja yang Ferry tahu. Pacarnya
yang sekarang pun adik Kekayi. Bukan karena ia sekolah di fak teknik.
Bukan karena ia tak bisa gaul dengan perempuan. Tapi karena Pras
memang “gak wedok-an”. Pernah Ferry ke kampus Pras dan di faknya,
Geologi, bisa dihitung ceweknya. Kalau ada yang kayak bidadari
seperti tamunya ini, aku pasti pasti tahu, pikir Ferry. Siapa dia ya,
pikir Ferry.
Mas, mereka semua
teman kuliah Pras, tanya Lena.
Oh bukan. Kami berlima
teman main Pras. yang cewe-cewe pacar mereka masing-masing. Kami
berlima boleh dibilang kakak kelas Pras, cuma beda kampus. Kami semua
sudah tidak kuliah, lagi nunggu...eh nyelesai-in tugas akhir.
Kok kayaknya istimewa
banget Pras, sampai dimeriahkan begini.
Ya,,,ha,,,ha,,, dia
sering bantu kami.
Urusan kuliah ?
Ha...ha..ha..tidaklah.
dia rupanya lebih cekatan di jalanan daripada kami, jebolan asrama.
Untuk urusan apa ?
Biasalah, namanya
laki-laki. Kadang-kadang kami yang lebih senior tak tahu diri. Masih
demen nakal. Ia bantu kenakalan kami. Ha....ha...ha...
Nakal dalam hal apa ?
Biasalah, nakalnya
anak laki-laki, tapi jangan salah paham. Ia tak sampai teseret.
Itulah hebatnya Pras. Bisa leluasa hidup di dunia penuh godaan tanpa
larut . Kerap kami minta Pras untuk tak segan-segan mengingatkan
kami....
Fer, teriak Viktor.
Ferry mengacungkan jempol. Viktor lalu mengetuk pelahan pintu kamar
Pras.
Pintu kamar Pras
terbuka dan keluar Ika dengan dandanan tercantiknya.
Tersirap darah Lena
tapi ia masih bisa menahan diri. Hanya Ferry yang tahu bahwa tamu ayu
ini agak shock. Ika masuk kembali dan keluar lagi bersama Pras.
Sorak sorai membahana
di ruang yang sempit untuk jumlah orang sebanyak itu. Selamat ulang
tahun, happy birthday Pras. begitu mereka bersorak. Tentu saja ini
kejutan besar bagi Pras. Ia tak sangka akan dirayakan semeriah ini.
Tiup lilinnya, tiup
llinya. Mereka serentak menyanyi. Segera Pras meniup lilin dan
semuanya bersorak dan keplok. Lalu semuanya diam. Sesuai skenario.
Giliran Ika tampil.
Selamat Ulang tahun
mas Pras, kata Ika disertai cipika cipiki dan .... !
Lena terbelalak, tak
percaya apa yang disaksikan di depan matanya.
Ucapan harapan buat
Pras dari Ika tak terdengar lagi oleh Lenal. Juga sorak-sorai mereka
yang berada di ruangan. Telinga Lena tiba-tiba tuli. Dadanya sesak
seperti hendak meledak. Ingin ia menjerit tapi ia paksa supaya tak
sampai terjadi. Ingin ia menangis tersedu-sedu sepuasnya tapi ia
redam dengan segala kekuatan yang ada, meski toh sebutir dua butir
air mata tetap meloncat dari sudut pelupuk matanya. Ia ingin
menunjukkan kepada dunia bahwa ia bukan wanita tidak lemah , bukan
perempuan cengeng. Meski dibayarnya dengan menggigit bibir sampai
berdarah. Tapi bibirnyaia tahan tak bergetar.
Kalau saja ia tak
mempersiapkan mental sejak kecurigaan tadi, tentu ia pingsan. Ferry
tahu hal itu.
Di tengah sorak sorai
itu, Lena menyelinap keluar. Ferry tahu tapi tak mungkin
mencegahnya.
Boleh tahu namanya,
mbak, nanti aku sampaikan ke Pras. Ferry menawarkan diri.
Dengan suara bergetar
Lena manjawab, Sekarang tak penting lagi siapa aku, lalu pergi
membiarkan kado tergolek di sofa.
Acara makan-makan
berjalan penuh keakraban. Anak-anak gang asrama yang tak serumah
ngobrol dengan Pras. Sementara pasangan mereka lebih suka nggrumpi
bersama Ika. Kelebihan Prasaja lainnya adalah jeli. Ia suka
nenperhatikan apa saja, apalagi yang berhubungan dengan dirinya. Dari
tadi Pras tidak melihat Ferry makan minum. Ia ngobrol sebentar dengan
anak gang tapi kemudian mojok, menyendiri untuk merokok. Ia memang
tak suka makan, wajar bila badannya kurus. Pras cukup dekat dengan
Ferry. Mereka kenal ketika dipertemukan grup hiking Pras yang
mengajak Ferry ikut dalam kemping di Kali Kuning. Ferry bukan saja
cerdas tapi juga pintar main gitar. Waktu kecil sampai SMA ia sekolah
musik khusus gitar. Klub hiking Pras mengundangnya ke acara kemping
untuk memeriahkan suasana. Kebetulan banyak Pras dan Ferry sama-sama
arek wetan, jadi klop unntuk berteman. Ferry kemudian ajak Pras
kontrak rumah bareng2 setelah ia keluar dari asrama. Ferry semakin
mendekat pada Pra karena sikapnya yang tegar, tak mudah goyah iman.
Beberapa kali ia tawari cewek gratis, manis dan aman tapi Pras emoh.
Pras menganggap Ferry sebagai adiknya (meski usianya justru lebih tua
2 th) yang sedang lupa diri. Ia tak membiarkan Ferry larut terus
menerus. Menurut Pras, menyembuhkan sex maniac tak bisa grusa-grusu
seperti memberi obat kepada pnderita flu. Menurut Pras, teladan yang
konsisten lebih diperlukan daripada nasehat. Ferry gila wanita
padahal ia sudah free sex sama pacarnya.
Pras menghampiri Ferry
yang menyendiri, berdiri di tengah pintu dan menghadap pekarangan
belakang sambil sedal-sedul merokok. Ono opo cak ? sapa Pras. Ferry
membalikkan badan tersenyum. Lagi kepikiran opo ae ?
Setelah basa-basi
sebentar baru Ferry lebih menjurus omongannya. Pras, awamu ato temen
lain tahu aku tidak setia sama pacar. Karena aku memang bejat. Tapi
di mata pacarku ga begitu. Ia tetap menganggapku orang baik-baik. Dan
memang itu yang aku harapkan. Karena aku serius sama dia. Dia akan
kukawini. Ada pertimbangan mengapa main di belakang dia. Aku main
putus. Hampir sama dengan jajan. Sisi negatif aku tahu dan aku mulai
memikirkan dampaknya di masa nanti. Semua ini berkat kowe, Pras.
Gaya serius Ferry yang
tidak seperti biasanya ini membuat Pras gerah. Suwun. Lalu poinnnya
apa ?
Jangan selingkuh
selagi kamu bisa, kata Ferry pendek.
Pras tertawa. Yang aku
cintai satu, Fer. Dan aku tidak selingkuh.
Maksudmu pacarmu siji
?
Pras mengangguk.
Yang ini, kata Ferry
sambil menunjuk Ika yang sedang ngobrol dengan pacar-2 gang asrama.
Pras tak segera
mengangguk dan malah memelototi Ferry. Seingatku aku belum pernah
cerita apa-apa , termasuk Lena, pada Ferry, pikir Pras. Mengapa Ferry
menuduhku begitu.
Ferry membalas tatapan
tajam Pras lalu melengos, kembali memandang pekarangan belakang.
Jelas Ferry malas ngomong lagi sama Pras. Ferry menyayangkan kenapa
Pras bohong padanya, dan tanda kekhawatirannya akan terbukti. Pras
akan hancur, pikir Ferry prihatin.
Karepmu opo se Fer ?
hardik Pras. Suaranya meungkin tidak keras tapi suasana lagi hening
sehingga terdengar orang-orang. Pras memang tidak bermaksud apa-apa
pada Ferry tapi bagaimanapun sikap Ferry menjengkelkannya.
Viktor datang. He ada
apa nih? Lagi bagi bagi kado ya ? isinya apa sih ?
Pras malah heran, Kado
apaan ?
Tadi kan ada cewe
cantik nenteng kado, sergah Viktor.
Cewe apaan ? bojoku
itu yang mau kasih kado tapi ga jadi beli. Kesiangan, ujar Ferry.
Viktor menatap Ferry
dengan pandangan bloon. Pras bingung, bergantian memandang Viktor
dan Ferry. Ferry meninggalkan mereka untuk ambil cocktail lalu
bergabung dengan teman-teman lain.
Pesta telah usai
teman-teman Pras sudah pulang semua. Termasuk pacar Viktor dan pacar
Ferry. Karena Viktor dan Ferry mengantar pulang pacarnya
masing-masing, berarti di rumah itu tinggal Pras dan Ika berdua.
Mereka santai di kamar. Baca-baca sembari mendengarkan radio.
Tadi waktu cuci piring
bareng-bareng kami bahas hantu, papar Ika. Awalnya Grace
mengutarakan keresahan Viktor. Pacarnya yakin menerima tamu wanita
cantik bawa kado, ia persilkan masuk dan duduk di sofa itu. Ferry
berdiri dekat sofa. Kok tadi Ferry membantahnya. Karena penasaran
Viktor menegaskan lagi ke Ferry tapi Ferry tetap pada pendiriannya.
Viktor jadi gundah dan ngomel-ngomel sama Grace. Masak Ferry sampai
bilang begini, hantu kali. Mana ada hantu siang bolong begini ? Tapi
si Om yang punya rumah ini pernah crita bahwa di rumah ada
penghuninya, kata Hartatik, pacar Ferry. Tapi hantu baik, tak asal
nakutin orang. Ia muncul tanda ada yang selingkuh di sini.
Aku jadi tak enak
hati, mas. Aku termasukkah? Aku terlibat iya, tapi yang selingkuh
bukan aku tapi si Herman kan ?
Ika tampak galau.
Mas kok diam saja ?
Pras memang sedang
mencermati kisah hantu itu. Maunya Ferry itu apa? Jelas dia
ngada-ada, pikir Pras. Itu cerita isapan jempol, komen Pras.
Endah, pacar siapa
lupa aku, juga bilang begitu. Grace percaya pacarnya tidak bohong.
Viktor lhat dengan jelas wanita putih putih kayak putri cina itu
membawa kado.
Pras tersentak
mendengar Ika menyebut ciri-ciri hantu itu. Ika melanjutkan. Lalu
kami rame-rame bongkar sana sini untuk mencari kado. Barangkali
tertinggal atau jatuh di rumah ini. Tidak ketemu.
Ya berarti kadonya
dibawa lagi sama si hantu, canda Pras.
Terdengar deru suara
motor masuk rumah. Pras hafal, motor Kawasaki milik Ferry.Tak
seberapa lama terdengar pintu kamar dibuka. Pras segera keluar dan
menuju kamar Ferry. Pras masuk kamar Ferry dan langsung menutup
pintunya.
Fer, terus teranglah
maksud mu apa dengan sikapmu itu, dengan crita hantu, maumu apa ?
Ferry tak jadi
membuka jaketnyya tapi memuka lemarinya lalu mengeluarkan kado dan
dilemparkannya ke Pras. Sudah terbuka sedikit, dia sendiri yang buka,
ujar Ferry. Kamu buka dan periksa isinya, jangan keluar sebelum
urusan kado ini beres.
Pras membuka kado
sementara Ferry membuka jaket.
Mauku bukan sekarang
aku memberikannya padamu. Tapi aku ndak punya pilihan lain, kata
Ferry.
Giliran Pras terpukul.
Isi kado adalah kaos warna merah kostum MU. Saking kepinginya punya
sampai terlontar harapannya kepada Lena. Kapan ya aku punya uang
berlebih buat beli kaos MU. Harganya sih lumayan tapi bukan berarti
tak terjangkau. Tapi ngapain ya Len, beli begituan mahal sementara
ortuku butuh biaya buat sekolahku di Yogya nanti, kata Pras kepada
Lena. Lagi pula beli kaos MU ang asli harus ke Surabaya. Pras tahu
kerabat Lena banyak di Surabaya.
Lihat tuh remasan
kertasnya, kata Ferry. Aku memegangnya tai tidak berusaha membukanya.
Kurasa tadi agak basah, mungkin tangannya basah oleh air matanya.
Pras tertegun
mendengar kertas ini basah dan sekarang sudah tidak lagi. Benarkah
Lena menagis?
Dengan hati-hati
remasan kertas di buka. Ternyata konidisinya sudah tercabik-cabik
lalu diremas-rema hingga jadi satu lagi. Potongan kerta Pras coba
jadikan satu. Mugkin karena basah, sebagian hancur. Cuma sepotong
yang bisa tersisa. Tertulis di situ....elalu sayang kam.....
Pras menunduk sambil
memegangi kepala, nafasnya tak teratur. Ia remas-rema kaos MU lalu
mengusap wajahnya dengan kaos itu. Ferry tahu Pras menangis dan
berusaha mengatasi emosinya dengan segala daya.
Pras termenung.
Matanya masih berkaca-kaca.
Kamu di sini saja. Aku
bilang ika, kamu sakit perut. Mules, berak-berak, lemes, sekarang
tidur di kamarku. Ku antar Ika pulang bagaimana ?
Ga perlu, aku
baik-baik. Aku mau balik ke kamar. Trim ya.
Apa yang mau kamu
lakukan ?
Pras mencep. Memandang
Ferry dengan tatapan kosong. Pras angkat bahu.
Saranku, yang ada dulu
pegang. Ika anak baik. Aku bisa baca dari sikap dan kelakuannya. Yang
sudah, biarlah terjadi. Pras mengangguk sebelum keluar darikamar
Ferry.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar