5 Mimpi Buruk
Bagaimana mas hantunya
? tanya Ika.
Ferry memang demen
guyon kok.
Tapi guyon kok sampai
nyingung orang lain. masak nggarang hantu selingkuh. Dia nyindir itu.
Emosi Pras yang mulai
adem kini mulai naik.
Tak ada yang
kebetulan, kalo toh dia nyindir, tentu sudah disetel yang Di Atas,
agar omog begitu.
Emang siapa yang
selingkuh, enak saja nuduh.
Mungkin kita semua.
Berarti aku juga? Mas
juga dong ?
Entahlah, siapa tahu?
Lhoh , mas nuduh aku ?
Kamu masih hubungan
sama Herman ?
Ika menunduk. Enggan
menjawabnya. Keadaan ini sangat tidak baik bagi mental Pras yang
rawan.
Kamu masih berhubungan
sama Herman?
Iiya, tap...tapi sudah
jarang.
Jadi kamu bergaul sama
aku tapi juga berhubungan sama pacar lamamy yang sudah beristrii?
Iya tapi hubungan kami
tidak seperti yang mas bayangkan. Kami....
Mengapa tidak kamu
putus aja.
Ika diam.
Mengapa?
Ika diam.
Mengapa, Ika sayang ?
kata sayang lebih ditekankan sehingga bagaimanapun membuat keder Ika.
Tidak semudah itu
mas.
Jadi kamu belum putus
hubunan setelah sekian lama kita ke sana-kemari..
Ika diam, menunduk,
Kamu anggap aku, ha ?
Ucapan Pras keras,
seperti berteriak sampai Ferry mendengarnya memeski berada di dalam
kamar sedang membaca. Pintu selalu terbuka. Buru-buru ia tutup buku
dan mendekati kamar Pras.
Kamu anggap aku ban
serep gitu ?
Bukan mas, enggak mas.
Aku tak pernah anggap seperti itu, kata Ika terisak.
Kamu masih berpikir
aku pura-pura ? Iya begitu ? !!
Tidak mas, tidak....,
kali ini Ika menangis sedu sedan,
Ferry berpikir keadaan
akan semakin gawat. Ia mau masuk tapi ragu-ragu.
Apakah aku masih
tampak pura-pura he ?
Tidak mas...
mas...tidak...
Lalu kamu anggap apa
PENGORBANKU selama ini ha ?
Ika tidak faham,
pengorbanan apa.
Pengorban besar, asal
kamu tahu....pengorbanan ku besar tahu ?
Gubrak !! terdengar
sesuatu di banting , Ika menjerit
Aku, kurang baik
bagaiana ? apapun aku penuhi....kurang apa?
Gbrak ! Ika menjerit
lagi.
Salahku dimana ?
Gubrak ! Ika menjeirt
lagi.
Ferry membuka pintu.
Fer, jangan ikut-ikut.
Tidak, aku cuma mau
menyelamatkan perempuan ini.
Biarkan Fer ! Jangan
ikut-ikut.
Kamu boleh merusak
barang-barang mu, tapi jangan menyakit orang !
Ferry menarik Ika
keluar dari kamar. Pras mau mencegahnya, tapi segera dihalangi Fery
untuk pasang badan. Ika didorong Ferry keluar.
Kamu menantangku, Fer.
Yang aku lawan bukan
dirimua Pras, ingatlah. Sadar.
Pras melancar pukulan
asal tapi bisa dielakkan Ferry.
Pras, dengarkan.
Mungkin kamu bisa kalahkan aku, tapi apa yang kamu dapat ha ?
Beruntung masih
tersisa sedikit kesadaran Pras. Ia masih mau mendengarkan.
Kamu ga suka sama anak
ini, atao anak ini ga suka kamu, ya sudah...tapi jangan ngawur
begitu.
Tapi dia menyakiti
aku....
Dua tiga tetanggga
memasuki rumah dan berdiri di belakang Ferry.
Baik, anak ini kamu
anggap menyakiti kamu. Baik, kita selesaikan nanti....
Mata Pras sudah tak
buas tadi.
Suruh pergi jauh
perempuan jalang itu. Pergi ! pergi sana ke pelukan playboinya.
Pras membanting pintu.
Ferry menenangkan
orang kampung dengan memberi penjelasan sumir. Mereka mau mengerti
dan pulang tanpa berkata apapun.
Ferry menjawil Haryo,
pemuda keamanan wilayah itu. Ia kenal baik dengannya. Ferry minta
tolong jaga segala kemungkinan sementara dia antar pulang Ika.
Sepulang dari nantar Ika, Ferry mendapati rumahnya banyak pemuda
kampung lagi. Viktor nyamperi demikian juga Haryo. Hancur wis, kata
Haryo. Ga tahu masih ada barang yang belum dibanting ga ? tadi tiap
aku ancam mau dobrak pintu dia berhenti mbantingin, tapi aku tinggal
santai sebentar, gedobrak lagi. Mudah-mudahan ga ada suara lagi,
makin malam kan makin sepi, khawatir sesepuh sini mendengar.....
Tapi si Prasnya ga
papa kan Kang, tanya Ferry. Ngga, aku dah suruh initp
bocah-bocah...ga papa. Sekarang berhenti karena sudah ga ada barang
lagi untuk dibanting.
Baik kang, entar kalo
keliling ronda, sering mampir ya, pesan Ferry kepada pemuda keamanan
itu sembi nyelipin uang nasi goreng.
Ferry dan Viktor
gantian tidur untuk “jagain” Pras, kalo-kalo terjadi apa-apa,
mereka berkali-kali mengajak bicara, menawari makan, tapi tak
dijawab. Mau masuk, pintunya dikunci. Sampai pagi jam delapan, Pras
tetap tak mau diajak biacara. Manurut Haryo yang rutin mengintip
kamar Pras—entah lewat lobang mana melaporkan, Pras masih terjaga.
Tidak tidur. Ferry tidak tahu lagi cara mengatasi masalah meski ia
mulai mengkhawatirkan kondisi Pras yang belum makan sejak siang itu.
Sekitar jam 9 Kekayi
datang dengan wajah cemas. Segera saja ia dan Ferry bicara banyak.
Berlinang air mata mendengar penuturan Ferry mengenai keadaan Pras.
Setelah merasa bisa menguasai emosi nya, Kekayi coba membujuk Pras
untuk keluar.
“Pras, ini
Ayi....Pras,...buka dong Pras,....Ayi ini.” Kata Kekayi lirih
sambil mengetuk pintu.
Upaya Kekayi sia-sia.
Dicoba kali sampai tiga kali juga tak membuahkan hasil. Henry datang
jam 10.30. Kekayi hanya kenal nama tapi tidak orangnya. Ferry tahu
karena pernah ke sana lebih dari dua kali. Apalagi Henry – dan
Pras-- pernah nanya Ferry daerah mana yang nyaman untuk kontrakan
rumah buat wanita. Ferry megutarakan keadaan Pras, sementara Kekayi
mengaku apa adanya bahwa dirinya sangat dekat dengan Pras. Henry
menyampaikan tujuannya ke sana untuk meneruskan pesan temannya yang
juga teman baik Pras, Lidya.
Oh, bukan Lena ?
Pertanyaan Ayi menyebabkan Hanry menengok ke arahnya. Tidak usah
kaget, Pras banyak cerita padaku, mungkin sama Ferry lebih banyak ke
aku. Ferry mengangguk. Lena itu pacarnya Pras ? tanya Ferry. Henry
mengangguk. Lalu Lidya tadi, apanya Pras atau apanya Lena ? tanya
Ayi. Henry menjelaskan bahwa berempat – Pras, Lena, dirina dan
Lidya satu SMA. Lidya teman dekat Lena. Lidya minta Pras menelpon
dia. Pakai telepon ini saja, kata Henry sambil menggeluarkan ponsel –
masih sebesar roti tawar kali.
Mau apa kira-kira apa
yang mau disampaikan Lidya? Tanya Ayi. Maksutku, pesan dari Lena atau
Cuma mau mengumpat.
Henry angkat bahu.
Oke, kalao mendengar
cerita Ferry tadi, kejadian dimana Lena melihat sendiri Ika ngesun
Pras, mohon, tolong, jangan dilihat dari sebelah kacamata. Aku setuju
Lena atau siapapun yang tak tahu faktanya, akan menyalahkan Pras.
menuduh Pras khianat. Aku paham. Tapi aku pastikan, Pras tidak pernah
mengkhianati siapapun. Kalo mau cari siapa yang salah, nih aku. Aku
yang salah.
Kata Ayi tegas tapi
tak urung meloncat juga air matanya.
Panjang lebar Ayi
mengutarakan mengapa Pras bisa dekat dengan Ilka. Adiknya. Jika
orang bilang aku jahat, ya memang aku jahat. Menghasut Pras aar
nantinya bisa kawin dengan adikku pada akhirnya yang kemuidan membawa
akibat ia mengabaikan Lena, Kekasih Pras. Aku memang memaksanya, dan
aku tahu Pras orangnya tak tegaan, pasti meluluskan pemintaanku. Aku
memang terkutuk. Semua salahku dan aku tidak mengada-ada atau
mengarang cerita. Terserah kalian percaya atau tidak. Aku berani
sumpah pocong sekalipun.
Tetapi lebih penting
sekarang adalah menyelamatkan Pras. dengan cara apapun. Aku yang
tangung jawab apapun urusannya. Dunia akherat. Semoga Tuhan mengampui
aku dan masih mendengarkan doaku agar mau menolong kita semua untuk
menolong Pras.
Amin, kata Ferry.
Ayi mencoba lagi
setelah diskusi bertiga mengenai bagaimana membujuk Pras. Jika cara
ini gagal, terpaksa pintu didobrak. Ferry siap minta bantuan Haryo.
Piintu kamar Pras
diketuk Ayi kembali. Pras,...Ayi ini. Ayolah Pras...jangan begitu.
Semuai ini gara-gara aku. Aku yang salah...Pras...Pras.
Dicoba lagi sampai
tiga kali tapi sia-sia. Sampai akhir dimabil keputusan didobrak.
Haryo dipanggil untuk menjaga segala kemungkinan. Haryo datang
bersama dua pemuda. Viktor datang bersama pacarnya, Grace.
Pintu siap didobrak
ketika tiba-tiba Ayi menccegahnya. Ia punya ide pemungkas.
Ayi berpesan kepada
Ferry. Fer, apapun yang terjadi padaku yang terlalu dipikirkan. Aku
siap segalanya. Bahkan matipun.
Baik Ferry maupun
Henry percaya pada Ayi sehingga mereka lupa menanyakan caranya.
Ayi mengetuk pelahan.
Pras, Ayi lagi ini. Tokk-tok-tok.
Pras, Ayi ini. Ayi
mengetuk lagi agak keras.
Pras, dengerin. Kamu
belum makan seharian. Pras kamu harus jaga kesehatan. Akau bawakan
makanan. Buka Pras.
Pras, ingat jaga
kesehatan, apa kamu tidak kkepingin ketemu Lena lagi ?
Ayi melihat Ferry
mengacungkan jempol. Henry tersenyum. Dari dinding pintu Ayi
mendengar gerakan. Pras bereaksi.
Pras buka pintu. Makan
dulu gih.
Tidak ada suara
apapun.
Pras, dengerin aku
sekali ini. Dengerin yang aku sampaikan.
Tok-tok-tok. Di sini
ada Henry. Denger Pras, ada Henry di sini.
Henry terperangah. Ayi
mau ngapain, tanya Henry. Ayi menaruh telumjuk di bibirnya supaya
Henry diam. Dengar Pras. henry di sini. Dia bawa pesan dari Lena !
buka puntu.
Henry terbelalak, tak
sangka Ayi akan mengumpabk dirinya.
Pras buka puntu,
Pras.....
Ayi meminta Henry
berdiri di posisi yang kira-kira bakal terlihat jika Pras mengintip
dari lubang kunci.
Tidak ada suara
gerakan.
Pras buka pintu. Pras
buka pintu....kalo tidak, Henry akan pulang.
Kleck ! Kunci diputar.
Pintu dibuka. Henry
masuk, seru Pras.
Tapi yang masuk
Kekayi.
Kekayi seketika
ditelikung Pras, lehernya dipiting. Kekayi megap-megap sulit
bernafas.
Henry , apa pesan Lena
?
Henry mendekat.
Pras, apa yang kamu
lakukan itu. Anak ini bisa mati.
Biar saja, dia yang
bikin aku begini.
Ya, bukan begitu
caranya. Lalu apa yang musti aku bilang kepada Lena bila kamu
sekarang menyiksa wanita ?
Seketika Pras lepaskan
pitingannya dan dicampakkan Kekayi begitu saja. Kekayi terjatuh dan
terbatuk-batuk akibat cekikan itu.
Pras tak peduli. Ferry
mau masuk untuk menolong Ayi, Pras memberi isyarat jangan masuk.
Kamu bawa pesan apa
Hen....?
Em..em..anu
ya...pesan....
Kamu bohong padaku Hen
!
Pras maju hendak
meninju Henry.
Henry tidak bohong
Pras ! Teriakan Ayi – meski kemudian disertai batuk, mencegah Pras
untuk bertindak ngawur lagi. Lidya,...Lidya yang bawa pesannya !
Mimik Pras menunjukkan
tidak percaya.
Henry, telpon Lidya !
telpon Lidya....
Hanry bingung. Ia
melihat ke arah Ferry, minta pertimbangan. Ferry mengangguk.
Henry menelpon dan
segera tersambung.
Li, ini ada Pras
mau....tap, Henry belum selesai ngomong ponsel sudah terampas Pras.
Halo Lidya, apa pesan
Lena,.....
Halo ? Pras suara
Lidya tapi pitis-outus.Ponsel dikembalikan dan Henry mencobanya.
Halo, seru Henry tapi ga ada suara, Henry pencat pencet lalu
mencobanya lagi. Halo, Li
Pras....? terdengar
suara Lidya yang ternyata kepencet mode handless. Semua mendengar,
tetapi Pras keburu merebutnya.
Apa pesan Lena, Li
Pras ? Ini Pras kan?
Ya, Pras ini.
Ih, kamu terlalu.
Pakai perasaan dong. Pilih perempuan terserah kamu tapi jangan beri
harapan sama Lena. Kamu tahu enggak sih Lena kumpulkan uang supaya
bisa ke Yogya. Supaya bisa lanjutkan sekolah bersama kamu. Tapi apa
dia dapat ?
Kamu tahu enggak sih
Pras, Lena kepaksa melawan papanya. Lena tak kasih tahu papanya mau
pergi kemana. Dia minggat demi kamu, Pras. Tapi apa yang dia dapat
Pras ?
Pras, kamu punya
perasaan enggak....?
Pras tiba-tiba merasa
lemas, kepalanya pening. Ia melihat banyak kunang-kunang berputar di
sekitar matanya. Kakinya lumpuh tak mampu menyangga badannya.
Pandangannya kosong
matanya berlinang, mulut terbuka seperti mau bicara tapi tak keluar
suara apapun. Ia sempoyongan dan segera ambruk kalo saja Kekayi tak
merangkulnya. Pras pingsan.
Ferry membantu memapah
Pras sampai di kasurnya. Grace masuk bawa peralatan medis. Ia memang
sudah siapkan begitu diceritain Viktor kalo Pras tidak mau keluar
kamar dan tidak makan. Grace melanjutkan studi keperawatan, saat ini
semester akhir.
Grace mengkordinas
sambil mengeluaran peralatan dan obat-obat ingan. Mbak tolong
ambilkan teh panas, tadi aku udah bikin, tinggal nuang air panas.
Lalu air putih juga, Fer, bantu itu mbak ini. Kak, katanya kepada
Viktor, beta bawa tadi bubur di tempat khusus, tolong siapin
sekalian.
Ayi, Ferry dan Viktor
segera gerak cepat. Grace. Sementara Henry hanya bisa bengong dan
geleng-geleng kepala melihat kamar Pras yang penuh puing-puing
barang-barang yang dibanting, termasuk radiio dan recorder, meja
belajar hancur. Buku-buku berserakan, sebagian sobek.
Mas, seru Grace kepada
Henry, tolong bilangin Ferry, minta air hangat, waslap lalu minta Ayi
ke mari secepatnya untuk bersihin badan Pras......
Beberapa menit setelah
dirasakan sebagian badan sudah bersih, juga sebagian kamar sudah
diibersihkan tapi belum rapi benar, Pras dipaksa siuman oleh Grace
dengan cara yang biasa i lakukan. Begitu siuman, Grace memberinya air
putih. Bibir Pras kering. Lalu secara pelahan Ayi menyuapi Pras
dengan teh manis hangat.
Pras bangun dengan
reaksi yang aneh. Matanya tidak jalan seperti tadi waktu ia marah.
Sorot matanya kosong. Ferry dan Haryo cs yang siap-siap kalau Pras
ngamuk lagi juga heran.
Pras ingin bertanya
banyak hal tapi kepala pening dan badannya terasa lemas. Ia heran
mengapa Grace dan Ayi memberinya minum. Mereka tak berkata sepaah
kata pun selain. Sudahlah nanti sasa biar tak tambah pening. Ayi
sering tersenyum, Grace pun lebih ramah dibanding biasanya, Ayi
menyuapinya lagi dengan bubur. Sambil merawat Pras, Grace menyusuh
pergi Ferry, Viktor, semuanya.
Meski awalnya tak suka
tapi karena dua wanita itu secara halus memaksanya, lagi pula lapar,
Pras menelan saja bubur itu sampai hampir habis.
Seperempat jam
kemudian Pras di suruh mandi oleh Grace. Pakai air hangat. Semula
Pras ogah dengan alas masih pening tapi kembali dua cewek itu
memaksanya dengan rayuan yang semakin menyebalkan Prras sehingga
lebih baik mengiyakan saja.
Aku mandiin apa Pras ?
Grace melototi Ayi. Biar bersih, kilah Ayi. Tuh banyak dakinya. Gatal
ya ? Pras diam saja. Ayi, koondisi Pras masih lemah, kata Grace,
dia kekurangan energi. Jadi...
Emang aku mau ngapain
? Buka saja kamar mandi, ga ga , ga bakalan aku memanfaatkan situasi,
kata Ayi kesal dituduh macam-macam.
Di luar ada siapa saja
? tanya Pras,
Ga ada siapa-siapa.
Ferry keluar, ...ada viktor. Mau dipanggilin ? kata Grace.
Aku kenapa ya...?
Ingatanku banyak tapi kenapa ga bisa mengingat-ingat ya , Tadi Henry
ke sini ?
Henry siapa? Kata
Grace pura-pura tidak tahu, Ia memang minta rumah ini dikosongkan
sementra. Maksudnya tamu2 diminta pulang. Kecuali yag merawat Pras.
Akhirnya Pras mau
mandi tapi kemudian ia mengeluh tak kuat berdiri lama. Maka ia mandi
pakai kursi, dan dimandiin Ayi. Dikeramisin juga. Pintu kamar mandi
terbuka dan Viktor diminta duduk di ruang tengah sehingga ia bisa
melongok ke kamar mandi jika mau. Setelah mandi dan berpakaian rapih
Pras dibimbing Grace duduk di ruang amu sementaa Ayi merapihkan kamar
Pras. Ia jadi penurut saja karena diam-diam Grace memberi obat
penenang. Pras makan di ruang tamu bersama Ayi, Grace, Viktor dan
Ferry.
Tugas Ferry nyediakan
konsumsi. Grace pulang. Ayi menemani Pras. Artinya tidur di kamar
Pras. praktis sepanjang hari berikutnya yang merawat Pras adalah
Ayi. Pagi jam 8-an Henry datang bersama kerabatnya yang dokter. Pras
di kamar dan dibiarkan saja. Ayi menceritakan kondisi Pras. Ia
menggingau selama tidur, Kata-kata yang kerap diucapkan Pras adalah
maafkan, mafkan aku Lena, lalu ngomong tak jelas dengan nada marah,
lalu tidur lagi. Demikian papar Ayi.
Menurut dokter, akibat
tekanan hebat pada mentalnya, terutama rasa bersalah, menyesal, Pras
mengalami kelupaan sementara. Ia bisa ingat teman dekatnya tapi lupa
kejadian-kejadian sebelumnya. Dengan mimpi yag dialami Pras. ingatan
mulai pulih. Semakn pulih ada kemungkinan dia akan marah-marah tak
jelas juntrungya apabila teringat sesuatu yang membuatnya menyesal.
Keadaan ini bisa lebih parah karena ia seolah-olah mendengar
suara-suara. <irip gejala Scifoferina, Maka dokter memberi obat
penenang sedikit, dengan catatan secepatnya konsultasi ke psikiater
apabila fisiknya sudah pulih benar. Ajak dia bertemu temen-2 lamanya
atau kegiatan santai, demikian pesan dokter.
Aku jemput kalian
nanti jika mau ke pasikiater. Biaya aku tanggung, kata Henry.
Ayi kemana aja se,
tanya Pras siang itu. Ayu menjawabnya dengan halus (mesra ?) barwa ia
harus ke kampus. Mau makan dimana, kita keluar makan yuk, ajak Ayi.
Aku lebih butuh kamu
di sini daripada makan.
Trenyuh Ayi
mendengarnya. Pras takut sekali ditinggal pergi Ayi, seperti anak
kecil saja. Alasan Pras, dia suka mendengar Lena memanggilnya atau
Ika juga kadang-kadang. Tapi ketika aku buka mata tidak ada
siapa-siapa, keluh Pras.
Pernah Ayi menawari
Pras jumpa Ika, tapi ia tolak. Kenapa ?Aku telah melukai perasaannya,
kata Pras. Tapi belum tentu terluka, kan ? Komen Ayi. Entahah, cuma
aku merasa – entah kapan dan diimana-- pernah berkata tidak pantas
padahal adikmu itu baik, sayang sama aku.
Ayi,...kenapa Ayi
menangis, ada kata-kataku yang salah, maaf ya.
Pernah pula Ayi
mencoba reaksi Pras, dengan menawari menghubungi Lena. Jangan, jangan
Ayi, pinta Pras dengan nada ketakutan. Aku telah merusak hatinya,
menghancurkan harapan Lena, kata Pras. Aku pernah mimpi tapi seperti
kenyaataan. Lena datang ke rumah ini. Kan memang dari dulu aku minta
dia sekolah bersamaku di sini. Aku lihat bekerja lalu kumpulin
gajinya , jika sudah cukup, dia ke sini. Eh aku nya yang ga bener
sehingga dia lari, ga jadi sekolah sini.
Lena sering
mendatangiku lalu marah-marah. Atau pernah datang untuk
mempertanyakan, mengapa jadi negini Pras ? Kan aku ga tahu, memang
ga tahu Ayi. Sumpah. Kalo sudah begini aku mencari kamu, kalao kamu
pas lagi tidur, aku peluk kamu, untuk menyembunyikan wajahku. Aku
menahgis Ayi, mungking kamu ga berasa,...aku menagis Ayi...sampai
tertidur.
Bukan tidak berasa,
tapi Ayi sengaja mendiamkannya. Karena Ayi sendiri bingung. Ia juga
ikut menangis mengetahui Pras sesunggukan lalu bajunya basah oleh air
mata Pras. Ia tak tahu haus bagaimana mengatasinya. Dan itu tidak
terjadi sekali dua kali.
Ayi kalo pergi,
jangan lama-lama ya. Besok kalo ke kampus, aku ikut ya. Ga papa aku
nunggu di parkiran atau dimanapun.
Bagaimana tidak
trenyuh kalo sudah begini batin Ayi. Semua ini gara-garaku, keluh Ayi
kepada dirinya sendiri.
Sudahlah Ayi, jangan
menangis terus, aku jadi ikut sedih.
Ayi menghentikan
tangisnya – dengan menahan sekuatnya—lalu tersenyum.
Na gitu lho, kalau
tersenyum kamu manis, Ayi, Kekayi. Tenan,....sumpah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar