Minggu, 21 Juli 2013

Bukan Sinetron -4

5 Mimpi Buruk


Bagaimana mas hantunya ? tanya Ika.
Ferry memang demen guyon kok.
Tapi guyon kok sampai nyingung orang lain. masak nggarang hantu selingkuh. Dia nyindir itu.
Emosi Pras yang mulai adem kini mulai naik.
Tak ada yang kebetulan, kalo toh dia nyindir, tentu sudah disetel yang Di Atas, agar omog begitu.
Emang siapa yang selingkuh, enak saja nuduh.
Mungkin kita semua.
Berarti aku juga? Mas juga dong ?
Entahlah, siapa tahu?
Lhoh , mas nuduh aku ?
Kamu masih hubungan sama Herman ?
Ika menunduk. Enggan menjawabnya. Keadaan ini sangat tidak baik bagi mental Pras yang rawan.
Kamu masih berhubungan sama Herman?
Iiya, tap...tapi sudah jarang.
Jadi kamu bergaul sama aku tapi juga berhubungan sama pacar lamamy yang sudah beristrii?
Iya tapi hubungan kami tidak seperti yang mas bayangkan. Kami....
Mengapa tidak kamu putus aja.
Ika diam.
Mengapa?
Ika diam.
Mengapa, Ika sayang ? kata sayang lebih ditekankan sehingga bagaimanapun membuat keder Ika.
Tidak semudah itu mas.
Jadi kamu belum putus hubunan setelah sekian lama kita ke sana-kemari..
Ika diam, menunduk,
Kamu anggap aku, ha ?
Ucapan Pras keras, seperti berteriak sampai Ferry mendengarnya memeski berada di dalam kamar sedang membaca. Pintu selalu terbuka. Buru-buru ia tutup buku dan mendekati kamar Pras.
Kamu anggap aku ban serep gitu ?
Bukan mas, enggak mas. Aku tak pernah anggap seperti itu, kata Ika terisak.
Kamu masih berpikir aku pura-pura ? Iya begitu ? !!
Tidak mas, tidak...., kali ini Ika menangis sedu sedan,
Ferry berpikir keadaan akan semakin gawat. Ia mau masuk tapi ragu-ragu.
Apakah aku masih tampak pura-pura he ?
Tidak mas... mas...tidak...
Lalu kamu anggap apa PENGORBANKU selama ini ha ?
Ika tidak faham, pengorbanan apa.
Pengorban besar, asal kamu tahu....pengorbanan ku besar tahu ?
Gubrak !! terdengar sesuatu di banting , Ika menjerit
Aku, kurang baik bagaiana ? apapun aku penuhi....kurang apa?
Gbrak ! Ika menjerit lagi.
Salahku dimana ?
Gubrak ! Ika menjeirt lagi.
Ferry membuka pintu.
Fer, jangan ikut-ikut.
Tidak, aku cuma mau menyelamatkan perempuan ini.
Biarkan Fer ! Jangan ikut-ikut.
Kamu boleh merusak barang-barang mu, tapi jangan menyakit orang !
Ferry menarik Ika keluar dari kamar. Pras mau mencegahnya, tapi segera dihalangi Fery untuk pasang badan. Ika didorong Ferry keluar.
Kamu menantangku, Fer.
Yang aku lawan bukan dirimua Pras, ingatlah. Sadar.
Pras melancar pukulan asal tapi bisa dielakkan Ferry.
Pras, dengarkan. Mungkin kamu bisa kalahkan aku, tapi apa yang kamu dapat ha ?
Beruntung masih tersisa sedikit kesadaran Pras. Ia masih mau mendengarkan.
Kamu ga suka sama anak ini, atao anak ini ga suka kamu, ya sudah...tapi jangan ngawur begitu.
Tapi dia menyakiti aku....
Dua tiga tetanggga memasuki rumah dan berdiri di belakang Ferry.
Baik, anak ini kamu anggap menyakiti kamu. Baik, kita selesaikan nanti....
Mata Pras sudah tak buas tadi.
Suruh pergi jauh perempuan jalang itu. Pergi ! pergi sana ke pelukan playboinya.
Pras membanting pintu.
Ferry menenangkan orang kampung dengan memberi penjelasan sumir. Mereka mau mengerti dan pulang tanpa berkata apapun.
Ferry menjawil Haryo, pemuda keamanan wilayah itu. Ia kenal baik dengannya. Ferry minta tolong jaga segala kemungkinan sementara dia antar pulang Ika. Sepulang dari nantar Ika, Ferry mendapati rumahnya banyak pemuda kampung lagi. Viktor nyamperi demikian juga Haryo. Hancur wis, kata Haryo. Ga tahu masih ada barang yang belum dibanting ga ? tadi tiap aku ancam mau dobrak pintu dia berhenti mbantingin, tapi aku tinggal santai sebentar, gedobrak lagi. Mudah-mudahan ga ada suara lagi, makin malam kan makin sepi, khawatir sesepuh sini mendengar.....
Tapi si Prasnya ga papa kan Kang, tanya Ferry. Ngga, aku dah suruh initp bocah-bocah...ga papa. Sekarang berhenti karena sudah ga ada barang lagi untuk dibanting.
Baik kang, entar kalo keliling ronda, sering mampir ya, pesan Ferry kepada pemuda keamanan itu sembi nyelipin uang nasi goreng.
Ferry dan Viktor gantian tidur untuk “jagain” Pras, kalo-kalo terjadi apa-apa, mereka berkali-kali mengajak bicara, menawari makan, tapi tak dijawab. Mau masuk, pintunya dikunci. Sampai pagi jam delapan, Pras tetap tak mau diajak biacara. Manurut Haryo yang rutin mengintip kamar Pras—entah lewat lobang mana melaporkan, Pras masih terjaga. Tidak tidur. Ferry tidak tahu lagi cara mengatasi masalah meski ia mulai mengkhawatirkan kondisi Pras yang belum makan sejak siang itu.
Sekitar jam 9 Kekayi datang dengan wajah cemas. Segera saja ia dan Ferry bicara banyak. Berlinang air mata mendengar penuturan Ferry mengenai keadaan Pras. Setelah merasa bisa menguasai emosi nya, Kekayi coba membujuk Pras untuk keluar.
“Pras, ini Ayi....Pras,...buka dong Pras,....Ayi ini.” Kata Kekayi lirih sambil mengetuk pintu.
Upaya Kekayi sia-sia. Dicoba kali sampai tiga kali juga tak membuahkan hasil. Henry datang jam 10.30. Kekayi hanya kenal nama tapi tidak orangnya. Ferry tahu karena pernah ke sana lebih dari dua kali. Apalagi Henry – dan Pras-- pernah nanya Ferry daerah mana yang nyaman untuk kontrakan rumah buat wanita. Ferry megutarakan keadaan Pras, sementara Kekayi mengaku apa adanya bahwa dirinya sangat dekat dengan Pras. Henry menyampaikan tujuannya ke sana untuk meneruskan pesan temannya yang juga teman baik Pras, Lidya.
Oh, bukan Lena ? Pertanyaan Ayi menyebabkan Hanry menengok ke arahnya. Tidak usah kaget, Pras banyak cerita padaku, mungkin sama Ferry lebih banyak ke aku. Ferry mengangguk. Lena itu pacarnya Pras ? tanya Ferry. Henry mengangguk. Lalu Lidya tadi, apanya Pras atau apanya Lena ? tanya Ayi. Henry menjelaskan bahwa berempat – Pras, Lena, dirina dan Lidya satu SMA. Lidya teman dekat Lena. Lidya minta Pras menelpon dia. Pakai telepon ini saja, kata Henry sambil menggeluarkan ponsel – masih sebesar roti tawar kali.
Mau apa kira-kira apa yang mau disampaikan Lidya? Tanya Ayi. Maksutku, pesan dari Lena atau Cuma mau mengumpat.
Henry angkat bahu.
Oke, kalao mendengar cerita Ferry tadi, kejadian dimana Lena melihat sendiri Ika ngesun Pras, mohon, tolong, jangan dilihat dari sebelah kacamata. Aku setuju Lena atau siapapun yang tak tahu faktanya, akan menyalahkan Pras. menuduh Pras khianat. Aku paham. Tapi aku pastikan, Pras tidak pernah mengkhianati siapapun. Kalo mau cari siapa yang salah, nih aku. Aku yang salah.
Kata Ayi tegas tapi tak urung meloncat juga air matanya.
Panjang lebar Ayi mengutarakan mengapa Pras bisa dekat dengan Ilka. Adiknya. Jika orang bilang aku jahat, ya memang aku jahat. Menghasut Pras aar nantinya bisa kawin dengan adikku pada akhirnya yang kemuidan membawa akibat ia mengabaikan Lena, Kekasih Pras. Aku memang memaksanya, dan aku tahu Pras orangnya tak tegaan, pasti meluluskan pemintaanku. Aku memang terkutuk. Semua salahku dan aku tidak mengada-ada atau mengarang cerita. Terserah kalian percaya atau tidak. Aku berani sumpah pocong sekalipun.
Tetapi lebih penting sekarang adalah menyelamatkan Pras. dengan cara apapun. Aku yang tangung jawab apapun urusannya. Dunia akherat. Semoga Tuhan mengampui aku dan masih mendengarkan doaku agar mau menolong kita semua untuk menolong Pras.
Amin, kata Ferry.
Ayi mencoba lagi setelah diskusi bertiga mengenai bagaimana membujuk Pras. Jika cara ini gagal, terpaksa pintu didobrak. Ferry siap minta bantuan Haryo.
Piintu kamar Pras diketuk Ayi kembali. Pras,...Ayi ini. Ayolah Pras...jangan begitu. Semuai ini gara-gara aku. Aku yang salah...Pras...Pras.
Dicoba lagi sampai tiga kali tapi sia-sia. Sampai akhir dimabil keputusan didobrak. Haryo dipanggil untuk menjaga segala kemungkinan. Haryo datang bersama dua pemuda. Viktor datang bersama pacarnya, Grace.
Pintu siap didobrak ketika tiba-tiba Ayi menccegahnya. Ia punya ide pemungkas.
Ayi berpesan kepada Ferry. Fer, apapun yang terjadi padaku yang terlalu dipikirkan. Aku siap segalanya. Bahkan matipun.
Baik Ferry maupun Henry percaya pada Ayi sehingga mereka lupa menanyakan caranya.
Ayi mengetuk pelahan. Pras, Ayi lagi ini. Tokk-tok-tok.
Pras, Ayi ini. Ayi mengetuk lagi agak keras.
Pras, dengerin. Kamu belum makan seharian. Pras kamu harus jaga kesehatan. Akau bawakan makanan. Buka Pras.
Pras, ingat jaga kesehatan, apa kamu tidak kkepingin ketemu Lena lagi ?
Ayi melihat Ferry mengacungkan jempol. Henry tersenyum. Dari dinding pintu Ayi mendengar gerakan. Pras bereaksi.
Pras buka pintu. Makan dulu gih.
Tidak ada suara apapun.
Pras, dengerin aku sekali ini. Dengerin yang aku sampaikan.
Tok-tok-tok. Di sini ada Henry. Denger Pras, ada Henry di sini.
Henry terperangah. Ayi mau ngapain, tanya Henry. Ayi menaruh telumjuk di bibirnya supaya Henry diam. Dengar Pras. henry di sini. Dia bawa pesan dari Lena ! buka puntu.
Henry terbelalak, tak sangka Ayi akan mengumpabk dirinya.
Pras buka puntu, Pras.....
Ayi meminta Henry berdiri di posisi yang kira-kira bakal terlihat jika Pras mengintip dari lubang kunci.
Tidak ada suara gerakan.
Pras buka pintu. Pras buka pintu....kalo tidak, Henry akan pulang.
Kleck ! Kunci diputar.
Pintu dibuka. Henry masuk, seru Pras.
Tapi yang masuk Kekayi.
Kekayi seketika ditelikung Pras, lehernya dipiting. Kekayi megap-megap sulit bernafas.
Henry , apa pesan Lena ?
Henry mendekat.
Pras, apa yang kamu lakukan itu. Anak ini bisa mati.
Biar saja, dia yang bikin aku begini.
Ya, bukan begitu caranya. Lalu apa yang musti aku bilang kepada Lena bila kamu sekarang menyiksa wanita ?
Seketika Pras lepaskan pitingannya dan dicampakkan Kekayi begitu saja. Kekayi terjatuh dan terbatuk-batuk akibat cekikan itu.
Pras tak peduli. Ferry mau masuk untuk menolong Ayi, Pras memberi isyarat jangan masuk.
Kamu bawa pesan apa Hen....?
Em..em..anu ya...pesan....
Kamu bohong padaku Hen !
Pras maju hendak meninju Henry.
Henry tidak bohong Pras ! Teriakan Ayi – meski kemudian disertai batuk, mencegah Pras untuk bertindak ngawur lagi. Lidya,...Lidya yang bawa pesannya !
Mimik Pras menunjukkan tidak percaya.
Henry, telpon Lidya ! telpon Lidya....
Hanry bingung. Ia melihat ke arah Ferry, minta pertimbangan. Ferry mengangguk.
Henry menelpon dan segera tersambung.
Li, ini ada Pras mau....tap, Henry belum selesai ngomong ponsel sudah terampas Pras.
Halo Lidya, apa pesan Lena,.....
Halo ? Pras suara Lidya tapi pitis-outus.Ponsel dikembalikan dan Henry mencobanya. Halo, seru Henry tapi ga ada suara, Henry pencat pencet lalu mencobanya lagi. Halo, Li
Pras....? terdengar suara Lidya yang ternyata kepencet mode handless. Semua mendengar, tetapi Pras keburu merebutnya.
Apa pesan Lena, Li
Pras ? Ini Pras kan?
Ya, Pras ini.
Ih, kamu terlalu. Pakai perasaan dong. Pilih perempuan terserah kamu tapi jangan beri harapan sama Lena. Kamu tahu enggak sih Lena kumpulkan uang supaya bisa ke Yogya. Supaya bisa lanjutkan sekolah bersama kamu. Tapi apa dia dapat ?
Kamu tahu enggak sih Pras, Lena kepaksa melawan papanya. Lena tak kasih tahu papanya mau pergi kemana. Dia minggat demi kamu, Pras. Tapi apa yang dia dapat Pras ?
Pras, kamu punya perasaan enggak....?
Pras tiba-tiba merasa lemas, kepalanya pening. Ia melihat banyak kunang-kunang berputar di sekitar matanya. Kakinya lumpuh tak mampu menyangga badannya.
Pandangannya kosong matanya berlinang, mulut terbuka seperti mau bicara tapi tak keluar suara apapun. Ia sempoyongan dan segera ambruk kalo saja Kekayi tak merangkulnya. Pras pingsan.
Ferry membantu memapah Pras sampai di kasurnya. Grace masuk bawa peralatan medis. Ia memang sudah siapkan begitu diceritain Viktor kalo Pras tidak mau keluar kamar dan tidak makan. Grace melanjutkan studi keperawatan, saat ini semester akhir.
Grace mengkordinas sambil mengeluaran peralatan dan obat-obat ingan. Mbak tolong ambilkan teh panas, tadi aku udah bikin, tinggal nuang air panas. Lalu air putih juga, Fer, bantu itu mbak ini. Kak, katanya kepada Viktor, beta bawa tadi bubur di tempat khusus, tolong siapin sekalian.
Ayi, Ferry dan Viktor segera gerak cepat. Grace. Sementara Henry hanya bisa bengong dan geleng-geleng kepala melihat kamar Pras yang penuh puing-puing barang-barang yang dibanting, termasuk radiio dan recorder, meja belajar hancur. Buku-buku berserakan, sebagian sobek.
Mas, seru Grace kepada Henry, tolong bilangin Ferry, minta air hangat, waslap lalu minta Ayi ke mari secepatnya untuk bersihin badan Pras......
Beberapa menit setelah dirasakan sebagian badan sudah bersih, juga sebagian kamar sudah diibersihkan tapi belum rapi benar, Pras dipaksa siuman oleh Grace dengan cara yang biasa i lakukan. Begitu siuman, Grace memberinya air putih. Bibir Pras kering. Lalu secara pelahan Ayi menyuapi Pras dengan teh manis hangat.
Pras bangun dengan reaksi yang aneh. Matanya tidak jalan seperti tadi waktu ia marah. Sorot matanya kosong. Ferry dan Haryo cs yang siap-siap kalau Pras ngamuk lagi juga heran.
Pras ingin bertanya banyak hal tapi kepala pening dan badannya terasa lemas. Ia heran mengapa Grace dan Ayi memberinya minum. Mereka tak berkata sepaah kata pun selain. Sudahlah nanti sasa biar tak tambah pening. Ayi sering tersenyum, Grace pun lebih ramah dibanding biasanya, Ayi menyuapinya lagi dengan bubur. Sambil merawat Pras, Grace menyusuh pergi Ferry, Viktor, semuanya.
Meski awalnya tak suka tapi karena dua wanita itu secara halus memaksanya, lagi pula lapar, Pras menelan saja bubur itu sampai hampir habis.
Seperempat jam kemudian Pras di suruh mandi oleh Grace. Pakai air hangat. Semula Pras ogah dengan alas masih pening tapi kembali dua cewek itu memaksanya dengan rayuan yang semakin menyebalkan Prras sehingga lebih baik mengiyakan saja.
Aku mandiin apa Pras ? Grace melototi Ayi. Biar bersih, kilah Ayi. Tuh banyak dakinya. Gatal ya ? Pras diam saja. Ayi, koondisi Pras masih lemah, kata Grace, dia kekurangan energi. Jadi...
Emang aku mau ngapain ? Buka saja kamar mandi, ga ga , ga bakalan aku memanfaatkan situasi, kata Ayi kesal dituduh macam-macam.
Di luar ada siapa saja ? tanya Pras,
Ga ada siapa-siapa. Ferry keluar, ...ada viktor. Mau dipanggilin ? kata Grace.
Aku kenapa ya...? Ingatanku banyak tapi kenapa ga bisa mengingat-ingat ya , Tadi Henry ke sini ?
Henry siapa? Kata Grace pura-pura tidak tahu, Ia memang minta rumah ini dikosongkan sementra. Maksudnya tamu2 diminta pulang. Kecuali yag merawat Pras.
Akhirnya Pras mau mandi tapi kemudian ia mengeluh tak kuat berdiri lama. Maka ia mandi pakai kursi, dan dimandiin Ayi. Dikeramisin juga. Pintu kamar mandi terbuka dan Viktor diminta duduk di ruang tengah sehingga ia bisa melongok ke kamar mandi jika mau. Setelah mandi dan berpakaian rapih Pras dibimbing Grace duduk di ruang amu sementaa Ayi merapihkan kamar Pras. Ia jadi penurut saja karena diam-diam Grace memberi obat penenang. Pras makan di ruang tamu bersama Ayi, Grace, Viktor dan Ferry.
Tugas Ferry nyediakan konsumsi. Grace pulang. Ayi menemani Pras. Artinya tidur di kamar Pras. praktis sepanjang hari berikutnya yang merawat Pras adalah Ayi. Pagi jam 8-an Henry datang bersama kerabatnya yang dokter. Pras di kamar dan dibiarkan saja. Ayi menceritakan kondisi Pras. Ia menggingau selama tidur, Kata-kata yang kerap diucapkan Pras adalah maafkan, mafkan aku Lena, lalu ngomong tak jelas dengan nada marah, lalu tidur lagi. Demikian papar Ayi.
Menurut dokter, akibat tekanan hebat pada mentalnya, terutama rasa bersalah, menyesal, Pras mengalami kelupaan sementara. Ia bisa ingat teman dekatnya tapi lupa kejadian-kejadian sebelumnya. Dengan mimpi yag dialami Pras. ingatan mulai pulih. Semakn pulih ada kemungkinan dia akan marah-marah tak jelas juntrungya apabila teringat sesuatu yang membuatnya menyesal. Keadaan ini bisa lebih parah karena ia seolah-olah mendengar suara-suara. <irip gejala Scifoferina, Maka dokter memberi obat penenang sedikit, dengan catatan secepatnya konsultasi ke psikiater apabila fisiknya sudah pulih benar. Ajak dia bertemu temen-2 lamanya atau kegiatan santai, demikian pesan dokter.
Aku jemput kalian nanti jika mau ke pasikiater. Biaya aku tanggung, kata Henry.
Ayi kemana aja se, tanya Pras siang itu. Ayu menjawabnya dengan halus (mesra ?) barwa ia harus ke kampus. Mau makan dimana, kita keluar makan yuk, ajak Ayi.
Aku lebih butuh kamu di sini daripada makan.
Trenyuh Ayi mendengarnya. Pras takut sekali ditinggal pergi Ayi, seperti anak kecil saja. Alasan Pras, dia suka mendengar Lena memanggilnya atau Ika juga kadang-kadang. Tapi ketika aku buka mata tidak ada siapa-siapa, keluh Pras.
Pernah Ayi menawari Pras jumpa Ika, tapi ia tolak. Kenapa ?Aku telah melukai perasaannya, kata Pras. Tapi belum tentu terluka, kan ? Komen Ayi. Entahah, cuma aku merasa – entah kapan dan diimana-- pernah berkata tidak pantas padahal adikmu itu baik, sayang sama aku.
Ayi,...kenapa Ayi menangis, ada kata-kataku yang salah, maaf ya.
Pernah pula Ayi mencoba reaksi Pras, dengan menawari menghubungi Lena. Jangan, jangan Ayi, pinta Pras dengan nada ketakutan. Aku telah merusak hatinya, menghancurkan harapan Lena, kata Pras. Aku pernah mimpi tapi seperti kenyaataan. Lena datang ke rumah ini. Kan memang dari dulu aku minta dia sekolah bersamaku di sini. Aku lihat bekerja lalu kumpulin gajinya , jika sudah cukup, dia ke sini. Eh aku nya yang ga bener sehingga dia lari, ga jadi sekolah sini.
Lena sering mendatangiku lalu marah-marah. Atau pernah datang untuk mempertanyakan, mengapa jadi negini Pras ? Kan aku ga tahu, memang ga tahu Ayi. Sumpah. Kalo sudah begini aku mencari kamu, kalao kamu pas lagi tidur, aku peluk kamu, untuk menyembunyikan wajahku. Aku menahgis Ayi, mungking kamu ga berasa,...aku menagis Ayi...sampai tertidur.
Bukan tidak berasa, tapi Ayi sengaja mendiamkannya. Karena Ayi sendiri bingung. Ia juga ikut menangis mengetahui Pras sesunggukan lalu bajunya basah oleh air mata Pras. Ia tak tahu haus bagaimana mengatasinya. Dan itu tidak terjadi sekali dua kali.
Ayi kalo pergi, jangan lama-lama ya. Besok kalo ke kampus, aku ikut ya. Ga papa aku nunggu di parkiran atau dimanapun.
Bagaimana tidak trenyuh kalo sudah begini batin Ayi. Semua ini gara-garaku, keluh Ayi kepada dirinya sendiri.
Sudahlah Ayi, jangan menangis terus, aku jadi ikut sedih.
Ayi menghentikan tangisnya – dengan menahan sekuatnya—lalu tersenyum.
Na gitu lho, kalau tersenyum kamu manis, Ayi, Kekayi. Tenan,....sumpah....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar